Tutup Buku: Pondasi Kesehatan Finansial dan Strategi Bisnis yang Sukses

Ilustrasi buku laporan keuangan yang tertutup dengan tanda centang, melambangkan penyelesaian proses tutup buku dan kesehatan finansial.

Dalam dunia bisnis yang dinamis dan penuh tantangan, pengelolaan keuangan yang cermat adalah kunci keberlanjutan dan kesuksesan. Salah satu proses paling fundamental dan krusial dalam siklus akuntansi adalah "tutup buku". Istilah ini mungkin terdengar teknis bagi sebagian orang, namun esensinya sangat penting bagi setiap entitas bisnis, dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) hingga korporasi multinasional. Tutup buku bukan hanya sekadar rutinitas akuntansi; ini adalah momentum refleksi, evaluasi, dan fondasi perencanaan strategis ke depan. Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek terkait tutup buku, mulai dari definisi, urgensi, langkah-langkah detail, manfaat yang didapat, hingga tantangan umum dan solusi efektifnya.

Kita akan menjelajahi mengapa proses ini begitu vital bagi kesehatan finansial perusahaan, bagaimana setiap langkahnya berkontribusi pada akurasi laporan keuangan, dan bagaimana informasi yang dihasilkan dapat menjadi panduan berharga bagi pengambilan keputusan manajemen. Dengan pemahaman yang komprehensif tentang tutup buku, diharapkan para pelaku bisnis dan profesional keuangan dapat melaksanakan tugas ini dengan lebih efisien, meminimalkan risiko kesalahan, dan pada akhirnya, mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Mari kita selami lebih dalam dunia tutup buku yang sering kali dianggap rumit namun sebenarnya adalah jantung dari setiap operasional bisnis yang terorganisir.

Apa Itu Tutup Buku? Definisi dan Konsep Dasarnya

Secara sederhana, tutup buku adalah serangkaian prosedur akuntansi yang dilakukan pada akhir periode pelaporan (biasanya bulanan, kuartalan, atau tahunan) untuk menyajikan laporan keuangan yang akurat dan lengkap. Proses ini melibatkan penyesuaian, verifikasi, dan penyelesaian semua transaksi keuangan dalam periode tersebut, serta memindahkan saldo dari akun pendapatan dan beban ke akun modal atau laba ditahan.

Tujuan utama dari tutup buku adalah untuk memastikan bahwa semua pendapatan dan beban diakui dalam periode yang benar, dan bahwa aset, liabilitas, serta ekuitas disajikan secara akurat pada neraca. Ini juga memastikan bahwa data keuangan dari satu periode tidak bercampur dengan periode berikutnya, sehingga memungkinkan perbandingan yang valid antar periode dan analisis kinerja yang tepat.

Dalam konteks akuntansi, ada dua jenis akun utama: akun riil (permanen) dan akun nominal (sementara). Akun riil meliputi aset, liabilitas, dan ekuitas, yang saldonya terus berlanjut dari satu periode ke periode berikutnya. Akun nominal meliputi pendapatan, beban, dan dividen, yang saldonya "ditutup" atau diatur ulang menjadi nol pada akhir periode pelaporan, agar dapat mengumpulkan data untuk periode berikutnya tanpa adanya sisa dari periode sebelumnya. Proses penutupan akun nominal inilah yang menjadi inti dari tutup buku.

Mengapa Tutup Buku Sangat Penting?

Pentingnya tutup buku tidak bisa diremehkan. Ini bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan fondasi bagi berbagai aspek penting dalam manajemen bisnis:

Tanpa tutup buku yang efektif, perusahaan akan menghadapi kesulitan besar dalam memahami posisi keuangannya, mengevaluasi kinerja, dan merencanakan masa depan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian, inefisiensi, dan bahkan kegagalan bisnis.

Siklus Akuntansi dan Posisi Tutup Buku

Tutup buku adalah tahapan kritis dalam siklus akuntansi yang lebih besar. Siklus akuntansi adalah serangkaian langkah yang berulang dalam setiap periode akuntansi untuk mencatat, mengklasifikasikan, meringkas, dan melaporkan informasi keuangan. Tahapan umumnya meliputi:

  1. Analisis Transaksi: Mengidentifikasi dan menganalisis transaksi bisnis.
  2. Jurnal Umum: Mencatat transaksi dalam buku jurnal.
  3. Buku Besar: Memindahkan entri jurnal ke akun-akun buku besar.
  4. Neraca Saldo (Unadjusted Trial Balance): Menyiapkan daftar saldo semua akun.
  5. Jurnal Penyesuaian: Membuat entri untuk mengakui pendapatan dan beban pada periode yang benar.
  6. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance): Menyiapkan neraca saldo setelah penyesuaian.
  7. Penyusunan Laporan Keuangan: Membuat laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan laporan perubahan modal.
  8. Jurnal Penutup: Menutup akun nominal ke akun ekuitas.
  9. Neraca Saldo Penutup (Post-Closing Trial Balance): Memverifikasi bahwa hanya akun riil yang memiliki saldo.
  10. Jurnal Pembalik (Opsional): Membuat entri tertentu untuk menyederhanakan pencatatan di periode berikutnya.

Dari siklus ini, jelas terlihat bahwa tutup buku, yang mencakup jurnal penyesuaian hingga neraca saldo penutup, adalah langkah final yang mengkonsolidasikan semua data sebelum memulai periode akuntansi yang baru. Ini adalah titik di mana "garis finis" untuk satu periode dicapai dan "garis start" untuk periode berikutnya dipersiapkan.

Langkah-Langkah Detail dalam Proses Tutup Buku

Proses tutup buku bukanlah satu tindakan tunggal, melainkan serangkaian langkah sistematis yang harus diikuti dengan cermat. Mari kita bedah setiap tahapannya:

1. Persiapan Awal dan Verifikasi Data

Sebelum memulai penyesuaian, penting untuk memastikan semua transaksi telah dicatat dengan benar. Ini termasuk:

Tahap persiapan ini sangat penting karena setiap kesalahan di sini akan terbawa ke langkah-langkah selanjutnya dan dapat menyebabkan laporan keuangan yang tidak akurat.

2. Jurnal Penyesuaian (Adjusting Entries)

Jurnal penyesuaian adalah jantung dari proses tutup buku. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa prinsip akuntansi akrual dipatuhi, yaitu pendapatan diakui ketika diperoleh dan beban diakui ketika terjadi, terlepas dari kapan kas diterima atau dibayarkan. Ada beberapa jenis jurnal penyesuaian utama:

a. Beban Dibayar di Muka (Prepaid Expenses)

Ini adalah beban yang telah dibayar di muka tetapi manfaatnya belum sepenuhnya dikonsumsi pada akhir periode. Contoh: sewa dibayar di muka, asuransi dibayar di muka. Pada akhir periode, bagian dari beban yang telah dikonsumsi harus diakui sebagai beban, dan aset dibayar di muka dikurangi.

Contoh: Perusahaan membayar sewa Rp 12.000.000 untuk 12 bulan pada 1 Juli. Pada 31 Desember, 6 bulan sewa telah terpakai. Jurnal penyesuaian: Debit Beban Sewa Rp 6.000.000, Kredit Sewa Dibayar di Muka Rp 6.000.000.

b. Pendapatan Diterima di Muka (Unearned Revenue)

Ini adalah kas yang diterima dari pelanggan untuk barang atau jasa yang belum diserahkan atau diberikan. Pada akhir periode, bagian dari pendapatan yang telah dihasilkan (jasa telah diberikan atau barang telah dikirim) harus diakui sebagai pendapatan, dan liabilitas pendapatan diterima di muka dikurangi.

Contoh: Perusahaan menerima Rp 6.000.000 untuk jasa konsultasi 6 bulan di muka pada 1 Oktober. Pada 31 Desember, 3 bulan jasa telah diberikan. Jurnal penyesuaian: Debit Pendapatan Diterima di Muka Rp 3.000.000, Kredit Pendapatan Jasa Rp 3.000.000.

c. Beban Akrual (Accrued Expenses)

Ini adalah beban yang telah terjadi tetapi belum dibayar atau dicatat pada akhir periode. Contoh: gaji yang terutang kepada karyawan, bunga yang terutang atas pinjaman, utilitas yang belum ditagih. Beban ini harus diakui pada periode terjadinya.

Contoh: Karyawan memiliki gaji terutang Rp 5.000.000 pada 31 Desember yang akan dibayar pada bulan Januari. Jurnal penyesuaian: Debit Beban Gaji Rp 5.000.000, Kredit Utang Gaji Rp 5.000.000.

d. Pendapatan Akrual (Accrued Revenue)

Ini adalah pendapatan yang telah dihasilkan tetapi belum diterima kasnya atau belum ditagih kepada pelanggan. Contoh: pendapatan bunga yang belum diterima, jasa yang telah diberikan tetapi belum diinvoice. Pendapatan ini harus diakui pada periode di mana ia diperoleh.

Contoh: Perusahaan telah menyelesaikan proyek senilai Rp 10.000.000 tetapi belum mengirimkan tagihan. Jurnal penyesuaian: Debit Piutang Usaha Rp 10.000.000, Kredit Pendapatan Jasa Rp 10.000.000.

e. Penyusutan (Depreciation)

Ini adalah alokasi biaya aset tetap (seperti gedung, mesin, kendaraan) selama masa manfaatnya. Karena aset ini digunakan untuk menghasilkan pendapatan selama bertahun-tahun, sebagian dari biayanya harus diakui sebagai beban pada setiap periode. Penyusutan adalah metode non-kas.

Contoh: Perusahaan memiliki mesin dengan biaya Rp 100.000.000 dan penyusutan tahunan Rp 10.000.000. Jurnal penyesuaian: Debit Beban Penyusutan Rp 10.000.000, Kredit Akumulasi Penyusutan Rp 10.000.000.

f. Beban Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Expense)

Perusahaan sering kali memperkirakan bahwa sebagian piutang usahanya tidak akan dapat ditagih. Beban ini harus diakui pada periode di mana penjualan terkait terjadi, sesuai dengan prinsip penandingan (matching principle).

Contoh: Diperkirakan 2% dari total piutang Rp 500.000.000 tidak akan tertagih. Jurnal penyesuaian: Debit Beban Piutang Tak Tertagih Rp 10.000.000, Kredit Cadangan Kerugian Piutang Rp 10.000.000.

g. Persediaan (Inventory)

Untuk perusahaan yang menggunakan sistem persediaan periodik, penyesuaian diperlukan untuk menentukan harga pokok penjualan (HPP) dan saldo persediaan akhir. Ini melibatkan perhitungan fisik persediaan. Untuk sistem perpetual, penyesuaian mungkin diperlukan untuk mencatat penyusutan atau kerugian persediaan.

3. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance)

Setelah semua jurnal penyesuaian dicatat dan diposting ke buku besar, neraca saldo baru dibuat. Neraca saldo setelah penyesuaian ini mencantumkan semua akun buku besar dengan saldo yang telah disesuaikan. Tujuan utamanya tetap sama: memastikan total debit sama dengan total kredit. Jika seimbang, berarti semua penyesuaian telah dicatat dengan benar dan siap untuk menyusun laporan keuangan.

4. Penyusunan Laporan Keuangan

Dengan neraca saldo setelah penyesuaian yang akurat, langkah selanjutnya adalah menyusun laporan keuangan. Ini adalah produk akhir dari proses akuntansi dan merupakan tujuan utama dari tutup buku.

a. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Menyajikan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi. Laporan ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan laba (keuntungan) atau rugi (kerugian) bersih. Data untuk laporan ini diambil dari akun-akun pendapatan dan beban di neraca saldo setelah penyesuaian.

b. Laporan Perubahan Modal/Ekuitas (Statement of Changes in Equity)

Menunjukkan perubahan dalam modal pemilik selama periode tertentu. Ini mencakup modal awal, penambahan modal, laba bersih (atau rugi bersih) dari laporan laba rugi, dan dividen yang dibayarkan.

c. Neraca (Balance Sheet)

Menyajikan posisi keuangan perusahaan pada satu titik waktu tertentu. Ini mencantumkan aset, liabilitas, dan ekuitas pemilik. Persamaan dasar akuntansi (Aset = Liabilitas + Ekuitas) harus selalu terpenuhi di neraca. Semua saldo akun riil dari neraca saldo setelah penyesuaian digunakan di sini.

d. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows)

Melaporkan aliran kas masuk dan kas keluar perusahaan selama periode akuntansi, diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan ini memberikan wawasan tentang likuiditas dan solvabilitas perusahaan.

5. Jurnal Penutup (Closing Entries)

Jurnal penutup adalah langkah terakhir yang secara harfiah "menutup" buku untuk periode tersebut. Tujuannya adalah untuk mengatur ulang saldo akun nominal (pendapatan, beban, dan dividen) menjadi nol, dan memindahkan saldo akhirnya ke akun ekuitas (biasanya Laba Ditahan atau Modal). Ini mempersiapkan akun-akun nominal untuk mengumpulkan data transaksi periode berikutnya dari awal, tanpa terpengaruh oleh data periode sebelumnya.

Langkah-langkahnya adalah:

  1. Menutup Akun Pendapatan: Debit setiap akun pendapatan dan kredit akun Ikhtisar Laba Rugi sebesar total pendapatan.
  2. Menutup Akun Beban: Debit akun Ikhtisar Laba Rugi sebesar total beban dan kredit setiap akun beban.
  3. Menutup Akun Ikhtisar Laba Rugi: Saldo akun Ikhtisar Laba Rugi (yang sekarang mencerminkan laba atau rugi bersih) dipindahkan ke akun Laba Ditahan (untuk korporasi) atau Modal (untuk usaha perorangan/kemitraan). Jika ada laba bersih, debit Ikhtisar Laba Rugi dan kredit Laba Ditahan. Jika ada rugi bersih, debit Laba Ditahan dan kredit Ikhtisar Laba Rugi.
  4. Menutup Akun Dividen/Prive: Debit akun Laba Ditahan (atau Modal) dan kredit akun Dividen/Prive.

Setelah jurnal penutup diposting, semua akun pendapatan, beban, dan dividen akan memiliki saldo nol. Hanya akun riil (aset, liabilitas, ekuitas) yang akan memiliki saldo yang akan dibawa ke periode akuntansi berikutnya.

6. Penyusunan Neraca Saldo Penutup (Post-Closing Trial Balance)

Ini adalah neraca saldo terakhir yang dibuat setelah semua jurnal penutup diposting. Neraca saldo penutup hanya akan berisi akun-akun riil (aset, liabilitas, dan ekuitas) karena semua akun nominal telah ditutup dan saldonya telah diatur ulang menjadi nol. Tujuan dari neraca saldo penutup adalah untuk memverifikasi bahwa total debit masih sama dengan total kredit, dan bahwa hanya akun permanen yang memiliki saldo yang akan dibawa ke periode berikutnya. Ini adalah konfirmasi akhir bahwa proses tutup buku telah selesai dengan benar dan akurat, serta sistem siap untuk memulai siklus akuntansi baru.

Peran Teknologi dalam Proses Tutup Buku

Di era digital, proses tutup buku telah sangat dipermudah dengan adanya teknologi. Sistem akuntansi modern dan Enterprise Resource Planning (ERP) memiliki fitur otomatisasi yang signifikan:

Meskipun teknologi sangat membantu, intervensi dan pemahaman akuntan tetap esensial. Sistem hanya akan menghasilkan output yang akurat jika inputnya benar dan penyesuaian yang kompleks ditinjau oleh manusia. Teknologi adalah alat, bukan pengganti keahlian akuntansi.

Manfaat Lanjutan dari Proses Tutup Buku yang Efektif

Selain manfaat dasar yang telah disebutkan, tutup buku yang efektif membawa keuntungan yang lebih mendalam bagi sebuah organisasi:

1. Analisis Kinerja yang Komprehensif

Dengan laporan keuangan yang akurat dan final, manajemen dapat melakukan analisis kinerja yang lebih mendalam. Ini mencakup:

2. Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Strategis yang Lebih Baik

Informasi yang dihasilkan dari tutup buku menjadi dasar bagi perencanaan strategis jangka pendek dan panjang:

3. Memfasilitasi Audit Eksternal dan Kepatuhan Hukum

Perusahaan publik dan banyak perusahaan swasta diwajibkan untuk diaudit secara eksternal. Proses tutup buku yang rapi sangat memfasilitasi audit ini:

4. Meningkatkan Kepercayaan Investor dan Kreditor

Laporan keuangan yang transparan dan andal, yang merupakan hasil dari proses tutup buku yang cermat, sangat penting untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan pemangku kepentingan:

Tantangan Umum dalam Proses Tutup Buku dan Solusinya

Meskipun esensial, tutup buku tidak selalu berjalan mulus. Berbagai tantangan dapat muncul, namun dengan strategi yang tepat, tantangan tersebut dapat diatasi.

1. Data yang Tidak Konsisten atau Tidak Lengkap

Tantangan: Seringkali, transaksi tidak dicatat secara tepat waktu, dokumen sumber hilang, atau ada kesalahan input data sepanjang periode. Ini menyebabkan ketidakseimbangan dan kesulitan dalam rekonsiliasi.

Solusi:

2. Kesalahan dalam Jurnal Penyesuaian

Tantangan: Menentukan penyesuaian yang benar bisa rumit, terutama untuk akun seperti beban dibayar di muka, pendapatan diterima di muka, dan akrual. Kesalahan di sini dapat secara signifikan mengubah laba bersih dan posisi keuangan.

Solusi:

3. Rekonsiliasi yang Memakan Waktu

Tantangan: Mencocokkan catatan internal dengan laporan eksternal (misalnya laporan bank, laporan vendor, laporan pelanggan) bisa sangat memakan waktu, terutama jika volume transaksi tinggi.

Solusi:

4. Keterlambatan dalam Penutupan Periode

Tantangan: Tekanan tenggat waktu untuk menutup buku dapat menyebabkan kesalahan atau penundaan dalam pengambilan keputusan jika prosesnya tidak efisien.

Solusi:

5. Perubahan Standar Akuntansi atau Regulasi Pajak

Tantangan: Standar akuntansi (misalnya PSAK) dan peraturan perpajakan dapat berubah, memerlukan penyesuaian dalam metode pencatatan dan pelaporan.

Solusi:

Aspek Etika dan Profesionalisme dalam Tutup Buku

Selain aspek teknis, tutup buku juga memiliki dimensi etika dan profesionalisme yang kuat. Akuntan dan staf keuangan memiliki tanggung jawab untuk menyajikan informasi yang jujur, objektif, dan relevan. Godaan untuk "mempercantik" angka untuk tujuan tertentu (misalnya, memenuhi target laba, mendapatkan pinjaman) dapat muncul. Namun, praktik semacam itu, yang dikenal sebagai earnings management atau akuntansi kreatif yang tidak etis, dapat berujung pada konsekuensi serius, termasuk sanksi hukum, denda, hilangnya kepercayaan, dan kerusakan reputasi perusahaan.

Integritas adalah kunci. Setiap angka harus didukung oleh bukti yang memadai dan dicatat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses tutup buku yang transparan dan etis tidak hanya melindungi perusahaan dari risiko hukum dan reputasi, tetapi juga membangun budaya perusahaan yang kuat, berbasis kepercayaan dan akuntabilitas.

Penutup

Dari pembahasan mendalam ini, jelas terlihat bahwa tutup buku bukanlah sekadar tugas akuntansi rutin, melainkan sebuah proses yang kompleks, krusial, dan multi-dimensional yang menjadi tulang punggung kesehatan finansial dan pengambilan keputusan strategis sebuah bisnis. Proses ini memastikan bahwa setiap transaksi dicatat, disesuaikan, dan dilaporkan dengan akurat, menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

Laporan keuangan yang dihasilkan dari tutup buku yang cermat adalah cerminan sejati kinerja dan posisi finansial perusahaan. Ini memungkinkan manajemen untuk menganalisis tren, mengidentifikasi peluang dan ancaman, serta merumuskan strategi yang tepat untuk pertumbuhan dan keberlanjutan. Bagi investor, kreditor, dan pemangku kepentingan lainnya, laporan ini adalah sumber informasi utama untuk mengevaluasi kelayakan dan prospek perusahaan.

Meskipun tantangan seperti kompleksitas data, kebutuhan akan penyesuaian yang akurat, dan tekanan tenggat waktu seringkali menyertai proses ini, penggunaan teknologi modern, penerapan prosedur yang terstruktur, dan komitmen terhadap profesionalisme dan etika dapat sangat meringankan beban dan meningkatkan efisiensinya. Investasi waktu dan sumber daya dalam proses tutup buku yang kuat adalah investasi yang berharga bagi masa depan perusahaan.

Sebagai kesimpulan, mari kita lihat tutup buku bukan hanya sebagai kewajiban akhir periode, tetapi sebagai kesempatan untuk refleksi mendalam, koreksi, dan persiapan yang kokoh untuk babak berikutnya dalam perjalanan bisnis. Dengan pemahaman dan pelaksanaan yang tepat, tutup buku akan selalu menjadi pilar yang mendukung perusahaan menuju kesuksesan jangka panjang.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) Mengenai Tutup Buku

1. Berapa kali tutup buku harus dilakukan dalam setahun?

Frekuensi tutup buku sangat bergantung pada kebutuhan perusahaan dan skala operasinya. Secara umum, sebagian besar perusahaan melakukan tutup buku:

Semakin sering tutup buku dilakukan, semakin cepat manajemen dapat mengidentifikasi masalah dan mengambil tindakan korektif, meskipun membutuhkan lebih banyak sumber daya akuntansi.

2. Apa bedanya neraca saldo (trial balance) dan neraca saldo setelah penyesuaian (adjusted trial balance)?

Perbedaannya terletak pada tahapan siklus akuntansi dan informasi yang terkandung di dalamnya:

Dengan kata lain, neraca saldo adalah "draft" awal, sedangkan neraca saldo setelah penyesuaian adalah "final" sebelum pembuatan laporan keuangan.

3. Apa yang terjadi jika tutup buku tidak dilakukan atau dilakukan dengan tidak benar?

Konsekuensi dari tidak melakukan atau melakukan tutup buku dengan tidak benar sangat serius:

4. Apakah UMKM juga perlu melakukan tutup buku?

Ya, sangat perlu! Meskipun skala operasinya lebih kecil, prinsip akuntansi tetap sama. UMKM mungkin tidak memiliki tim akuntansi besar atau sistem ERP yang canggih, tetapi kebutuhan untuk memahami kesehatan finansial, mematuhi pajak, dan membuat keputusan bisnis yang baik sama pentingnya. Tutup buku membantu UMKM untuk:

Bagi UMKM, proses tutup buku mungkin lebih disederhanakan dan bisa dibantu oleh akuntan freelance atau software akuntansi sederhana, namun esensinya tidak boleh diabaikan.

5. Apa itu jurnal pembalik (reversing entries) dan kapan digunakan?

Jurnal pembalik adalah entri opsional yang dibuat pada awal periode akuntansi baru untuk membalikkan beberapa jurnal penyesuaian tertentu dari periode sebelumnya. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan pencatatan transaksi di periode berikutnya. Jurnal pembalik paling sering digunakan untuk penyesuaian yang menciptakan akun liabilitas atau aset baru (misalnya utang gaji, piutang bunga).
Contoh: Jika pada 31 Desember dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui utang gaji: Debit Beban Gaji, Kredit Utang Gaji. Tanpa jurnal pembalik, ketika gaji dibayar pada bulan Januari, akuntan harus mengingat untuk mendebit Utang Gaji dan sisanya Beban Gaji. Dengan jurnal pembalik, pada 1 Januari, jurnalnya adalah Debit Utang Gaji, Kredit Beban Gaji. Kemudian, ketika gaji dibayar, akuntan dapat langsung mendebit Beban Gaji dan mengkredit Kas, menyederhanakan proses dan mengurangi risiko kesalahan.

Tidak semua jurnal penyesuaian dibalik. Hanya penyesuaian yang melibatkan akrual yang menciptakan akun neraca sementara yang biasanya dibalik. Keputusan untuk menggunakan jurnal pembalik adalah masalah preferensi manajemen dan tidak memengaruhi laporan keuangan akhir.