Gout dan hiperurisemia, atau kadar asam urat yang tinggi dalam darah, merupakan kondisi kesehatan yang semakin umum ditemukan di masyarakat modern. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan rasa nyeri yang signifikan, penurunan kualitas hidup, dan jika tidak ditangani dengan baik, dapat berujung pada komplikasi kesehatan yang serius. Salah satu kelas obat yang memainkan peran krusial dalam manajemen kondisi ini adalah urikosurika. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang urikosurika, mulai dari mekanisme kerjanya, jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan ini, indikasi penggunaannya, hingga pertimbangan penting lainnya dalam terapi.
Sebelum menyelam lebih dalam ke dunia urikosurika, penting untuk memahami terlebih dahulu apa itu asam urat, bagaimana tubuh mengelolanya, dan apa yang terjadi ketika sistem tersebut terganggu, menyebabkan hiperurisemia dan gout.
Memahami Asam Urat, Hiperurisemia, dan Gout
Asam Urat: Produk Metabolisme Normal
Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin, zat yang ditemukan secara alami di tubuh kita dan juga dalam makanan tertentu. Purin adalah komponen penting DNA dan RNA. Ketika purin dipecah, ia menghasilkan hipoxantin, lalu xantin, dan akhirnya asam urat. Sekitar dua pertiga dari asam urat yang dihasilkan tubuh dikeluarkan melalui ginjal dalam urin, dan sepertiganya melalui saluran pencernaan. Keseimbangan antara produksi dan ekskresi asam urat ini sangat vital untuk menjaga kadar asam urat dalam rentang normal.
Kadar asam urat yang normal pada pria biasanya berkisar antara 3.5 hingga 7.0 mg/dL, sedangkan pada wanita sekitar 2.5 hingga 6.0 mg/dL. Namun, ambang batas ini bisa sedikit bervariasi tergantung laboratorium dan referensi yang digunakan. Penting untuk diingat bahwa kadar asam urat yang tinggi tidak selalu berarti seseorang akan mengalami gout, tetapi meningkatkan risiko secara signifikan.
Hiperurisemia: Ketika Asam Urat Berlebihan
Hiperurisemia adalah kondisi di mana kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal. Kondisi ini dapat dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan penyebabnya:
- Overproduksi Asam Urat: Terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak asam urat. Ini bisa disebabkan oleh diet tinggi purin (misalnya, konsumsi berlebihan daging merah, makanan laut tertentu, alkohol), kelainan genetik yang mempengaruhi metabolisme purin (misalnya, sindrom Lesch-Nyhan), gangguan proliferatif (misalnya, leukemia, limfoma) di mana terjadi pemecahan sel yang cepat, atau penggunaan obat-obatan tertentu yang meningkatkan produksi purin.
-
Under-ekskresi Asam Urat: Ini adalah penyebab paling umum dari hiperurisemia, menyumbang sekitar 90% kasus. Ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat secara efisien. Faktor-faktor yang berkontribusi meliputi:
- Fungsi ginjal yang menurun (penyakit ginjal kronis).
- Dehidrasi.
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretik tiazid dan loop, aspirin dosis rendah, siklosporin, atau obat-obatan kemoterapi.
- Kondisi medis lain seperti hipertensi, obesitas, sindrom metabolik, dan hipotiroidisme.
Meskipun sebagian besar individu dengan hiperurisemia tidak akan pernah mengalami gejala, kadar yang sangat tinggi dan berkepanjangan meningkatkan risiko pembentukan kristal monosodium urat (MSU), yang merupakan pemicu utama gout.
Gout: Radang Sendi Akibat Kristal Asam Urat
Gout adalah bentuk radang sendi yang sangat nyeri, seringkali menyerang sendi tunggal, paling umum pada jempol kaki, tetapi juga bisa menyerang lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan jari. Gout terjadi ketika kadar asam urat yang tinggi dalam darah menyebabkan pembentukan kristal MSU yang tajam di dalam dan sekitar sendi. Kristal-kristal ini kemudian memicu respons inflamasi yang intens, menyebabkan gejala berikut:
- Nyeri Hebat: Biasanya muncul tiba-tiba, seringkali di malam hari, dan sangat intens, membuat sentuhan ringan pun terasa menyakitkan.
- Bengkak: Sendi yang terkena akan membengkak dan terasa penuh.
- Kemerahan: Kulit di sekitar sendi akan tampak merah terang atau keunguan.
- Hangat: Sendi yang meradang akan terasa hangat saat disentuh.
- Sensitivitas: Bahkan selembar selimut pun bisa terasa menyakitkan di atas sendi yang meradang.
Serangan gout seringkali mereda dalam beberapa hari hingga satu atau dua minggu, bahkan tanpa pengobatan. Namun, jika tidak ditangani, serangan bisa berulang, menjadi lebih sering, lebih parah, dan melibatkan lebih banyak sendi. Gout kronis dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen, pembentukan tofi (benjolan keras berisi kristal asam urat di bawah kulit), dan batu ginjal.
Penatalaksanaan gout memiliki dua tujuan utama: meredakan serangan akut dan mencegah serangan di masa depan serta komplikasi jangka panjang dengan menurunkan kadar asam urat. Urikosurika berperan penting dalam tujuan kedua ini.
Mekanisme Penanganan Asam Urat oleh Ginjal dan Target Urikosurika
Untuk memahami bagaimana urikosurika bekerja, penting untuk meninjau bagaimana ginjal mengatur kadar asam urat dalam darah. Ginjal adalah organ utama yang bertanggung jawab atas ekskresi asam urat dari tubuh.
Proses Filtrasi, Reabsorpsi, dan Sekresi Asam Urat di Ginjal
- Filtrasi Glomerular: Asam urat difiltrasi secara bebas di glomerulus ginjal. Artinya, sebagian besar asam urat dalam darah masuk ke tubulus ginjal.
- Reabsorpsi di Tubulus Proksimal: Sekitar 90% dari asam urat yang difiltrasi direabsorpsi kembali ke dalam aliran darah di tubulus proksimal ginjal. Proses reabsorpsi ini sangat efisien dan diatur oleh berbagai transporter. Transporter utama yang terlibat adalah urate transporter 1 (URAT1), yang bertanggung jawab atas sebagian besar reabsorpsi urat. Selain URAT1, ada juga transporter lain seperti OAT (organic anion transporters) yang juga berperan.
- Sekresi di Tubulus Proksimal: Sebagian kecil asam urat (sekitar 5-10%) disekresikan kembali ke dalam tubulus ginjal. Transporter yang terlibat dalam sekresi ini antara lain OAT1, OAT3, dan ABCG2.
- Reabsorpsi Pasca-Sekresi: Setelah sekresi, ada lagi tahap reabsorpsi kecil yang terjadi di bagian distal tubulus proksimal.
Secara keseluruhan, sekitar 8-12% dari asam urat yang difiltrasi akhirnya diekskresikan dalam urin. Ini menunjukkan bahwa proses reabsorpsi jauh lebih dominan dibandingkan sekresi. Ketidakseimbangan dalam proses ini, terutama peningkatan reabsorpsi atau penurunan sekresi, dapat menyebabkan hiperurisemia.
Ilustrasi mekanisme kerja urikosurika pada ginjal. Urikosurika bekerja dengan menghambat reabsorpsi asam urat di tubulus ginjal, sehingga meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin.
Bagaimana Urikosurika Bekerja
Urikosurika bekerja dengan cara menargetkan transporter asam urat di ginjal, khususnya URAT1. Dengan menghambat transporter ini, urikosurika mengurangi reabsorpsi asam urat dari tubulus ginjal kembali ke dalam aliran darah. Akibatnya, lebih banyak asam urat yang tetap berada di dalam tubulus dan akhirnya diekskresikan melalui urin. Efek bersihnya adalah penurunan kadar asam urat dalam darah (serum urat) dan peningkatan kadar asam urat dalam urin (uricosuria).
Dengan menurunkan kadar asam urat serum, urikosurika membantu mencegah pembentukan kristal MSU baru dan melarutkan kristal yang sudah ada, sehingga mengurangi frekuensi dan keparahan serangan gout, serta mencegah pembentukan tofi dan kerusakan sendi.
Jenis-jenis Obat Urikosurika
Ada beberapa obat yang termasuk dalam golongan urikosurika, masing-masing dengan karakteristik, profil efek samping, dan indikasi penggunaan yang sedikit berbeda.
1. Probenesid
Sejarah dan Gambaran Umum
Probenesid adalah salah satu urikosurika tertua dan paling dikenal, diperkenalkan pada tahun 1950-an. Obat ini awalnya dikembangkan untuk memperpanjang durasi kerja antibiotik penisilin dengan menghambat sekresinya di ginjal. Namun, kemudian ditemukan bahwa probenesid juga memiliki efek urikosurik yang signifikan.
Mekanisme Kerja
Probenesid bekerja sebagai penghambat kompetitif pada transporter asam urat di tubulus proksimal ginjal, termasuk URAT1 dan OAT. Dengan menghambat transporter ini, probenesid mengurangi reabsorpsi asam urat dari filtrat glomerular kembali ke darah, sehingga meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin. Pada dosis rendah, probenesid dapat paradoksnya menghambat sekresi asam urat, tetapi pada dosis terapi yang lebih tinggi, efek penghambatan reabsorpsi menjadi dominan.
Indikasi
Probenesid diindikasikan untuk penatalaksanaan hiperurisemia kronis dan gout, terutama pada pasien yang mengalami under-ekskresi asam urat, memiliki fungsi ginjal yang cukup baik, dan tidak toleran atau mengalami kontraindikasi terhadap inhibitor xantin oksidase (XOI) seperti allopurinol atau febuxostat.
Dosis dan Administrasi
Dosis probenesid biasanya dimulai rendah dan ditingkatkan secara bertahap untuk mencegah serangan gout akut yang dapat dipicu oleh fluktuasi kadar asam urat. Dosis awal umumnya 250 mg dua kali sehari selama satu minggu, kemudian ditingkatkan menjadi 500 mg dua kali sehari. Dosis dapat disesuaikan hingga maksimal 2 gram per hari dalam dosis terbagi, tergantung respons pasien dan target kadar asam urat serum.
Sangat penting untuk memastikan hidrasi yang adekuat selama terapi probenesid untuk membantu mencegah pembentukan batu ginjal asam urat.
Efek Samping
Efek samping umum probenesid meliputi:
- Gangguan pencernaan: Mual, muntah, kehilangan nafsu makan.
- Reaksi alergi: Ruam kulit, pruritus (gatal).
- Serangan gout akut: Terutama pada awal terapi karena mobilisasi kristal.
- Nefrolitiasis (batu ginjal): Peningkatan ekskresi asam urat dapat meningkatkan risiko, terutama jika hidrasi tidak adekuat.
- Anemia aplastik (jarang).
- Nekrosis hati (sangat jarang).
Kontraindikasi
Probenesid dikontraindikasikan pada:
- Pasien dengan riwayat batu ginjal asam urat.
- Pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu secara signifikan (GFR < 30-50 mL/menit, tergantung referensi).
- Pasien dengan produksi asam urat berlebihan (overproducer) atau sindrom Lesch-Nyhan.
- Serangan gout akut yang sedang berlangsung (sebaiknya dimulai setelah serangan mereda).
- Anak di bawah usia 2 tahun.
Interaksi Obat
Probenesid dapat berinteraksi dengan berbagai obat lain, mengubah metabolisme atau eliminasi mereka. Beberapa interaksi penting meliputi:
- Salisilat (aspirin): Dosis tinggi aspirin (> 325 mg/hari) dapat menghambat efek urikosurik probenesid. Aspirin dosis rendah (untuk perlindungan jantung) umumnya tidak terlalu bermasalah, tetapi sebaiknya dihindari jika memungkinkan.
- Penisilin dan sefalosporin: Probenesid meningkatkan kadar antibiotik ini dalam darah.
- Metotreksat: Meningkatkan kadar metotreksat, meningkatkan risiko toksisitas.
- Indometasin, naproksen, ketoprofen: Probenesid dapat meningkatkan kadar NSAID ini.
- Zidovudine: Meningkatkan kadar zidovudine.
Konsumsi air yang cukup sangat penting untuk mencegah batu ginjal. Alkalinisasi urin dengan natrium bikarbonat atau kalium sitrat juga dapat dipertimbangkan pada pasien dengan risiko tinggi.
2. Sulfinpirazon
Gambaran Umum
Sulfinpirazon adalah turunan pirazolon yang juga merupakan agen urikosurik yang poten. Meskipun kurang umum digunakan dibandingkan probenesid di beberapa negara, sulfinpirazon tetap merupakan pilihan terapi untuk hiperurisemia dan gout.
Mekanisme Kerja
Mirip dengan probenesid, sulfinpirazon bekerja dengan menghambat reabsorpsi asam urat di tubulus ginjal, terutama melalui penghambatan URAT1 dan transporter lainnya. Ini menyebabkan peningkatan ekskresi asam urat melalui urin dan penurunan kadar asam urat serum.
Indikasi
Sulfinpirazon diindikasikan untuk pengobatan hiperurisemia kronis dan gout, terutama pada pasien yang tidak responsif atau intoleran terhadap XOI, atau probenesid.
Dosis dan Administrasi
Dosis sulfinpirazon biasanya dimulai dengan 50 mg dua kali sehari, kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap hingga 100-200 mg dua kali sehari, atau bahkan hingga 400 mg per hari dalam dosis terbagi. Seperti probenesid, hidrasi yang adekuat sangat penting.
Efek Samping
Efek samping sulfinpirazon serupa dengan probenesid, meliputi:
- Gangguan gastrointestinal: Mual, muntah, nyeri perut, perdarahan saluran cerna (lebih mungkin dibandingkan probenesid).
- Ruam kulit.
- Serangan gout akut pada awal terapi.
- Batu ginjal asam urat.
- Disfungsi sumsum tulang (jarang, namun lebih serius).
- Efek samping kardiovaskular (jarang dilaporkan, karena merupakan turunan dari fenilbutazon yang memiliki potensi efek samping kardiovaskular).
Kontraindikasi
Sulfinpirazon dikontraindikasikan pada:
- Pasien dengan ulkus peptikum aktif atau riwayat perdarahan gastrointestinal.
- Gangguan fungsi ginjal yang berat.
- Riwayat batu ginjal asam urat.
- Kelainan darah yang signifikan.
Interaksi Obat
Sulfinpirazon memiliki potensi interaksi obat yang serupa dengan probenesid. Ia dapat meningkatkan efek antikoagulan oral (seperti warfarin), meningkatkan risiko perdarahan. Penggunaan bersamaan dengan salisilat dosis tinggi juga harus dihindari karena dapat mengurangi efek urikosurik. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme beberapa obat anti-diabetes oral dan sulfonamid.
3. Benzbromaron
Gambaran Umum
Benzbromaron adalah urikosurika yang sangat poten, terutama populer di beberapa negara Eropa dan Asia. Obat ini termasuk dalam golongan derivat benzofuran. Meskipun sangat efektif, penggunaannya dibatasi di beberapa wilayah karena potensi hepatotoksisitas yang langka namun serius.
Mekanisme Kerja
Benzbromaron bekerja sebagai penghambat kuat URAT1, transporter utama yang bertanggung jawab atas reabsorpsi asam urat di tubulus proksimal ginjal. Efek penghambatan URAT1 yang lebih kuat dibandingkan probenesid menjadikan benzbromaron lebih efektif dalam menurunkan kadar asam urat serum, bahkan pada pasien dengan fungsi ginjal yang sedikit terganggu.
Indikasi
Benzbromaron diindikasikan untuk hiperurisemia kronis dan gout, terutama pada pasien dengan under-ekskresi asam urat, termasuk mereka yang memiliki gangguan fungsi ginjal ringan hingga sedang (GFR > 20 mL/menit) yang mungkin tidak responsif terhadap probenesid atau XOI.
Dosis dan Administrasi
Dosis awal benzbromaron biasanya 25 mg setiap hari, dapat ditingkatkan menjadi 50 mg setiap hari. Dosis maksimal yang direkomendasikan umumnya 100 mg setiap hari. Seperti urikosurika lainnya, asupan cairan yang cukup sangat penting, dan alkalinisasi urin mungkin dianjurkan.
Efek Samping
Efek samping benzbromaron meliputi:
- Gangguan gastrointestinal.
- Ruam kulit.
- Serangan gout akut pada awal terapi.
- Batu ginjal asam urat.
- Hepatotoksisitas (kerusakan hati): Ini adalah perhatian utama dengan benzbromaron, meskipun jarang. Pemantauan fungsi hati secara teratur sangat direkomendasikan.
Kontraindikasi
Benzbromaron dikontraindikasikan pada:
- Pasien dengan riwayat atau penyakit hati aktif yang signifikan.
- Riwayat batu ginjal asam urat.
- Gangguan fungsi ginjal yang berat.
- Kehamilan dan menyusui.
Interaksi Obat
Interaksi obat benzbromaron perlu dipertimbangkan dengan hati-hati. Obat ini dapat berinteraksi dengan antikoagulan oral, meningkatkan efeknya. Penggunaan bersamaan dengan obat lain yang bersifat hepatotoksik harus dihindari.
4. Lesinurad
Gambaran Umum
Lesinurad adalah urikosurika yang lebih baru, disetujui pada tahun 2015, yang memiliki mekanisme kerja yang lebih spesifik. Ini adalah obat yang biasanya digunakan sebagai terapi tambahan untuk pasien gout yang tidak mencapai target kadar asam urat dengan XOI saja.
Mekanisme Kerja
Lesinurad adalah penghambat selektif dan kompetitif dari urate transporter 1 (URAT1). Selain itu, lesinurad juga menghambat OAT4 (organic anion transporter 4), transporter lain yang berperan dalam reabsorpsi urat di ginjal. Dengan menghambat kedua transporter ini, lesinurad secara efektif mengurangi reabsorpsi asam urat, sehingga meningkatkan ekskresinya dan menurunkan kadar asam urat serum.
Indikasi
Lesinurad diindikasikan untuk pengobatan hiperurisemia yang terkait dengan gout, dalam kombinasi dengan inhibitor xantin oksidase (allopurinol atau febuxostat), pada pasien yang tidak mencapai target kadar asam urat serum (<6 mg/dL) dengan XOI saja. Lesinurad tidak direkomendasikan sebagai monoterapi.
Dosis dan Administrasi
Dosis lesinurad yang direkomendasikan adalah 200 mg sekali sehari, diminum di pagi hari bersamaan dengan XOI (allopurinol atau febuxostat) dan makanan. Penting untuk memastikan hidrasi yang adekuat selama terapi.
Efek Samping
Efek samping lesinurad meliputi:
- Sakit kepala.
- Gejala seperti flu.
- Peningkatan kadar kreatinin serum (umumnya ringan dan reversibel).
- Refluks gastroesofageal.
- Serangan gout akut (terutama pada awal terapi).
- Risiko efek samping ginjal yang lebih serius (seperti gagal ginjal akut) dapat meningkat jika digunakan sebagai monoterapi atau pada pasien dengan gangguan ginjal yang sudah ada sebelumnya.
Kontraindikasi
Lesinurad dikontraindikasikan pada:
- Pasien dengan sindrom lisis tumor atau sindrom Lesch-Nyhan (kondisi dengan overproduksi asam urat).
- Gangguan fungsi ginjal berat (GFR < 30 mL/menit) atau penyakit ginjal tahap akhir, atau pasien yang sedang menjalani dialisis.
- Pasien yang sedang menerima transplantasi organ.
Interaksi Obat
Lesinurad adalah substrat CYP2C9, sehingga obat-obatan yang merupakan induser atau inhibitor CYP2C9 dapat mempengaruhi kadar lesinurad. Contohnya, fluconazole (inhibitor CYP2C9) dapat meningkatkan kadar lesinurad. Obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi ginjal juga harus digunakan dengan hati-hati. Lesinurad tidak boleh digunakan dengan dosis tinggi aspirin.
Peran Urikosurika dalam Penatalaksanaan Gout
Urikosurika adalah bagian penting dari armamentarium terapeutik untuk gout, namun penggunaannya harus dipertimbangkan dengan cermat dalam konteks keseluruhan rencana perawatan pasien.
Kapan Urikosurika Digunakan?
Urikosurika umumnya dipertimbangkan dalam skenario berikut:
- Hiperurisemia Kronis dengan Gout: Terutama pada pasien yang terbukti sebagai under-ekskretor asam urat (yaitu, mereka yang memiliki ekskresi asam urat urin 24 jam rendah).
- Kegagalan Terapi XOI: Ketika inhibitor xantin oksidase (allopurinol atau febuxostat) tidak efektif dalam menurunkan kadar asam urat serum ke target (<6 mg/dL, atau <5 mg/dL pada gout tofi parah), atau ketika pasien intoleran terhadap XOI.
- Sebagai Terapi Kombinasi: Terutama lesinurad, yang dirancang untuk digunakan sebagai terapi tambahan bersama XOI untuk mencapai target kadar asam urat. Probenesid juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan XOI pada kasus yang sulit.
- Fungsi Ginjal yang Memadai: Sebagian besar urikosurika memerlukan fungsi ginjal yang cukup baik untuk bekerja secara efektif dan meminimalkan risiko batu ginjal. Benzbromaron mungkin memiliki fleksibilitas lebih pada pasien dengan gangguan ginjal ringan hingga sedang.
Kontraindikasi Umum Urikosurika
Ada beberapa kondisi di mana urikosurika umumnya tidak boleh digunakan:
- Overproduksi Asam Urat: Pada pasien dengan overproduksi asam urat (misalnya, sindrom Lesch-Nyhan, gangguan mieloproliferatif) atau sindrom lisis tumor, di mana beban asam urat yang tinggi dapat memperburuk risiko nefrolitiasis dan nefropati urat.
- Riwayat Batu Ginjal Asam Urat: Peningkatan ekskresi asam urat dapat memperburuk kondisi ini.
- Gangguan Fungsi Ginjal Berat: Kecuali untuk benzbromaron pada kasus tertentu, urikosurika umumnya kurang efektif dan berisiko pada pasien dengan GFR rendah.
- Serangan Gout Akut: Urikosurika tidak boleh dimulai selama serangan akut, karena fluktuasi kadar asam urat dapat memperburuk serangan. Setelah serangan mereda dan peradangan terkontrol, terapi dapat dimulai.
Manajemen Terapi dan Pertimbangan Penting
Pemantauan
Selama terapi dengan urikosurika, pemantauan ketat diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanan:
- Kadar Asam Urat Serum: Diperiksa secara teratur (misalnya, setiap 2-4 minggu pada awal terapi, lalu setiap beberapa bulan setelah stabil) untuk memastikan target (<6 mg/dL atau <5 mg/dL) tercapai.
- Fungsi Ginjal: Kadar kreatinin serum dan eGFR harus dipantau secara berkala, terutama pada pasien yang sudah memiliki gangguan ginjal atau yang menerima lesinurad.
- Fungsi Hati: Untuk benzbromaron, pemantauan enzim hati (ALT, AST) secara teratur sangat penting karena risiko hepatotoksisitas.
- Analisis Urin: Untuk mendeteksi adanya kristal atau tanda-tanda pembentukan batu.
Pencegahan Nefrolitiasis
Peningkatan ekskresi asam urat melalui urin adalah efek yang diinginkan dari urikosurika, namun ini juga meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal asam urat. Langkah-langkah pencegahan meliputi:
- Hidrasi Adekuat: Menganjurkan pasien untuk minum banyak cairan (sekitar 2-3 liter per hari) untuk menjaga volume urin yang tinggi dan mengencerkan asam urat.
- Alkalinisasi Urin: Pada pasien dengan risiko tinggi atau yang memang direkomendasikan, agen alkalinisasi urin seperti kalium sitrat atau natrium bikarbonat dapat digunakan untuk menjaga pH urin antara 6.0 dan 7.0. Asam urat lebih larut dalam urin yang lebih basa.
Pencegahan Serangan Gout Akut Awal Terapi
Saat memulai terapi penurun asam urat, termasuk urikosurika, seringkali terjadi mobilisasi kristal asam urat dari jaringan, yang dapat memicu serangan gout akut. Untuk mencegah hal ini:
- Obat Anti-inflamasi Profilaksis: Terapi profilaksis dengan colchicine dosis rendah (misalnya, 0.6 mg sekali atau dua kali sehari) atau NSAID dosis rendah (misalnya, naproksen 250 mg dua kali sehari) direkomendasikan selama 3-6 bulan pertama setelah memulai terapi urikosurika, atau sampai target kadar asam urat serum tercapai dan tidak ada tofi yang terlihat. Kortikosteroid dosis rendah juga bisa menjadi pilihan.
- Mulai Dosis Rendah dan Titrasi Bertahap: Memulai dengan dosis rendah dan meningkatkan secara bertahap juga membantu mengurangi risiko serangan.
Gaya Hidup dan Diet
Terapi obat harus selalu disertai dengan modifikasi gaya hidup dan diet. Ini termasuk:
- Menghindari Makanan Tinggi Purin: Batasi konsumsi daging merah, jeroan (hati, ginjal, otak), makanan laut tertentu (sarden, kerang, teri), dan minuman manis tinggi fruktosa.
- Batasi Alkohol: Terutama bir dan minuman keras, yang dapat meningkatkan produksi asam urat dan menghambat ekskresinya.
- Konsumsi Buah-buahan dan Sayuran: Banyak buah dan sayuran yang memiliki efek protektif, meskipun yang tinggi fruktosa (seperti buah-buahan tertentu) harus dikonsumsi secara moderat.
- Minum Banyak Air: Penting untuk hidrasi dan membantu fungsi ginjal.
- Manajemen Berat Badan: Obesitas adalah faktor risiko utama untuk gout. Penurunan berat badan secara bertahap dan sehat dapat sangat membantu.
Perbandingan dengan Inhibitor Xantin Oksidase (XOI)
Selain urikosurika, kelas obat utama lainnya untuk menurunkan asam urat adalah inhibitor xantin oksidase (XOI), yang meliputi allopurinol dan febuxostat. Penting untuk memahami perbedaan antara kedua kelas ini:
-
Mekanisme Kerja:
- Urikosurika: Meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal dengan menghambat reabsorpsi.
- XOI: Menurunkan produksi asam urat dengan menghambat enzim xantin oksidase yang bertanggung jawab mengubah purin menjadi asam urat.
-
Indikasi Utama:
- Urikosurika: Lebih cocok untuk pasien yang mengalami under-ekskresi asam urat dan memiliki fungsi ginjal yang memadai.
- XOI: Efektif pada pasien dengan overproduksi atau under-ekskresi, dan seringkali merupakan pilihan lini pertama. Febuxostat dapat digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal ringan hingga sedang.
-
Risiko Utama:
- Urikosurika: Risiko utama adalah nefrolitiasis asam urat dan potensi efek samping gastrointestinal atau hepatotoksisitas (benzbromaron).
- XOI: Risiko utama adalah reaksi hipersensitivitas (terutama allopurinol), sindrom Stevens-Johnson (SJS), atau epidermal nekrolisis toksik (TEN), terutama pada pasien dengan alel HLA-B*5801. Febuxostat juga memiliki peringatan terkait risiko kardiovaskular.
Pilihan antara urikosurika dan XOI, atau kombinasi keduanya, harus didasarkan pada karakteristik individu pasien, termasuk penyebab hiperurisemia (overproduksi vs. under-ekskresi), fungsi ginjal, riwayat alergi, komorbiditas, dan profil efek samping obat.
Penelitian dan Pengembangan Masa Depan
Bidang manajemen gout dan hiperurisemia terus berkembang. Penelitian sedang berlangsung untuk mengidentifikasi transporter urat baru dan mengembangkan obat-obatan yang lebih selektif dan aman. Selain URAT1 dan OAT4, transporter lain seperti OAT1, OAT3, dan ABCG2 juga sedang diteliti sebagai target potensial untuk terapi urat-lowering. Pengembangan obat dengan mekanisme kerja ganda (misalnya, menghambat produksi dan meningkatkan ekskresi) atau profil keamanan yang lebih baik merupakan fokus utama.
Pendekatan terapi yang dipersonalisasi, berdasarkan genetik pasien (misalnya, variasi genetik yang mempengaruhi transporter urat) dan fenotipe (overproducer vs. under-ekskretor), diharapkan dapat mengoptimalkan pemilihan terapi dan meningkatkan hasil pengobatan di masa depan.
Kesimpulan
Urikosurika adalah kelas obat yang vital dalam penatalaksanaan hiperurisemia kronis dan gout. Dengan mekanisme kerja yang unik, yaitu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal, obat-obatan ini menawarkan alternatif atau tambahan yang efektif untuk terapi penurun asam urat. Probenesid dan sulfinpirazon adalah agen yang lebih tua, sementara benzbromaron populer di beberapa wilayah, dan lesinurad merupakan penambahan yang lebih baru, sering digunakan dalam kombinasi dengan XOI.
Penggunaan urikosurika memerlukan pemahaman yang menyeluruh tentang mekanisme kerja, indikasi, kontraindikasi, potensi efek samping, dan interaksi obat. Pemantauan ketat kadar asam urat serum, fungsi ginjal, dan pencegahan nefrolitiasis sangat penting. Kombinasi dengan modifikasi gaya hidup dan, jika perlu, terapi profilaksis untuk serangan gout akut, akan memaksimalkan keberhasilan pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita gout.
Dengan strategi terapi yang tepat dan perhatian terhadap detail, urikosurika terus menjadi pilar penting dalam upaya mengendalikan asam urat tinggi dan mencegah komplikasi serius yang terkait dengan gout.