Vide Supra: Panduan Lengkap Referensi dan Konektivitas Pengetahuan

Pengantar: Memahami Hakikat "Vide Supra"

Dalam lanskap penulisan akademik, hukum, teknis, dan bahkan sastra, sering kali kita dihadapkan pada kebutuhan untuk merujuk kembali ke informasi yang telah disebutkan sebelumnya dalam teks yang sama. Kebutuhan ini melahirkan berbagai konvensi dan frasa, salah satunya adalah "vide supra." Frasa Latin ini, yang secara harfiah berarti "lihat di atas," adalah sebuah instruksi ringkas namun powerful yang memandu pembaca kembali ke bagian sebelumnya dari dokumen untuk konteks, detail tambahan, atau dasar argumen yang sedang dibahas. Lebih dari sekadar instruksi sederhana, "vide supra" adalah inti dari prinsip konektivitas, koherensi, dan integritas informasi dalam sebuah karya tulis.

Artikel ini akan mengupas tuntas "vide supra" dari berbagai dimensi. Kita akan menelusuri asal-usulnya, penggunaannya dalam beragam disiplin ilmu, implikasinya terhadap struktur dan alur baca sebuah dokumen, hingga analoginya di era digital. Tujuan utamanya adalah untuk tidak hanya memahami frasa ini secara harfiah, tetapi juga untuk menghargai peran fundamentalnya dalam membangun jembatan antar ide dan memastikan bahwa pembaca dapat mengikuti narasi atau argumen yang kompleks dengan lancar dan mendalam. Mari kita selami bagaimana frasa kecil ini memegang kunci untuk pemahaman yang lebih kaya dan terintegrasi.

TEXT REFERENCE UP
Ilustrasi Konseptual: Melihat ke Atas dan Referensi. Menggambarkan tindakan melihat kembali (panah ke atas) ke bagian teks sebelumnya dalam sebuah dokumen.

Asal-Usul dan Evolusi Frasa "Vide Supra"

"Vide supra" berakar kuat dalam bahasa Latin, bahasa yang menjadi fondasi banyak terminologi akademik, hukum, dan ilmiah di dunia Barat. Frasa ini adalah bentuk imperatif dari kata kerja "videre" (melihat) dan kata keterangan "supra" (di atas). Secara historis, penggunaan bahasa Latin dalam teks-teks ilmiah dan hukum adalah hal yang lazim, terutama di Eropa. Seiring waktu, banyak frasa Latin telah diadopsi dan diintegrasikan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lain sebagai pintasan yang ringkas dan universal untuk konsep-konsep tertentu.

Pada awalnya, sistem referensi dalam manuskrip kuno dan buku-buku cetak awal sangat berbeda dari yang kita kenal sekarang. Indeks, daftar isi, dan bahkan penomoran halaman tidak selalu standar. Oleh karena itu, frasa seperti "vide supra," "vide infra" (lihat di bawah), atau "vide ante" (lihat sebelumnya) menjadi penting untuk memandu pembaca dalam menavigasi teks yang panjang. Ini adalah cara manual untuk menciptakan "hyperlink" sebelum teknologi digital ditemukan.

Evolusi sistem referensi telah menyaksikan perubahan signifikan. Dari catatan kaki yang panjang hingga kutipan dalam teks (seperti gaya APA atau MLA), dan kemudian ke sistem hyperlink digital, metode untuk merujuk informasi telah berkembang. Namun, esensi dari "vide supra" tetap relevan: yaitu kebutuhan untuk menunjuk pembaca ke lokasi lain di dalam dokumen untuk mendapatkan konteks atau detail yang lebih lengkap. Meskipun frasa Latin ini mungkin tidak sepopuler dulu dalam penulisan non-akademik kontemporer, prinsip di baliknya tetap menjadi pilar komunikasi yang efektif.

"Vide Supra" dalam Konteks Akademik dan Ilmiah

Dalam dunia akademik, integritas dan ketepatan referensi adalah segalanya. Sebuah argumen ilmiah harus dibangun di atas fondasi yang kokoh dari penelitian sebelumnya, dan setiap klaim harus didukung oleh bukti atau penjelasan yang memadai. Di sinilah "vide supra" (atau analog modernnya) memainkan peran krusial.

Peneliti sering kali menyajikan data, konsep, atau metodologi yang kompleks yang mungkin telah dijelaskan secara rinci di bagian awal makalah, disertasi, atau buku mereka. Daripada mengulang informasi tersebut di setiap titik relevan, mereka menggunakan referensi internal untuk mengarahkan pembaca ke bagian di mana detail tersebut telah disajikan. Misalnya, setelah menjelaskan sebuah kerangka teoretis, penulis mungkin berkata, "Untuk diskusi lebih lanjut tentang kerangka ini, vide supra halaman 15," atau "Seperti yang dijelaskan pada bagian 2.1, vide supra."

Fungsi Kunci dalam Penulisan Akademik:

Dalam jurnal ilmiah, tesis, dan buku teks, prinsip "vide supra" adalah esensial. Ini adalah bentuk disiplin dalam menulis yang memastikan bahwa setiap bagian dari karya Anda terintegrasi dan dapat diakses. Bayangkan jika setiap kali sebuah konsep atau istilah penting disebutkan, penulis harus mengulang definisi atau penjelasannya. Artikel akan menjadi sangat panjang, repetitif, dan sulit dibaca. Dengan "vide supra," penulis mengasumsikan bahwa pembaca memiliki kapasitas untuk melacak informasi dan, jika perlu, akan kembali ke bagian sebelumnya untuk merefresh ingatan atau mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.

Peran "Vide Supra" dalam Hukum dan Dokumentasi Legal

Di bidang hukum, di mana presisi dan referensi adalah yang terpenting, frasa seperti "vide supra" memiliki bobot yang signifikan. Dokumen hukum—seperti putusan pengadilan, brief, undang-undang, dan kontrak—seringkali sangat panjang dan kompleks, dengan banyak bagian yang saling merujuk. Konteks, preseden, dan rujukan silang adalah tulang punggung argumen hukum.

Dalam putusan pengadilan, misalnya, seorang hakim mungkin merujuk kembali ke fakta-fakta kasus yang telah dibahas di bagian awal putusan, atau ke argumen hukum yang telah dijelaskan secara rinci. Penggunaan "vide supra" memastikan bahwa setiap bagian dari putusan memiliki dasar yang jelas dan dapat diverifikasi dalam teks yang sama.

Contoh Penggunaan dalam Hukum:

  1. Rujukan Fakta: "Sebagai yang telah dibahas dalam bagian 'Latar Belakang Kasus', vide supra halaman 5, terdakwa telah berada di lokasi kejadian."
  2. Rujukan Argumen Hukum: "Prinsip-prinsip hukum yang mengatur tanggung jawab perdata dalam kasus ini, vide supra paragraf 3.2, mengindikasikan bahwa..."
  3. Rujukan Preseden Internal: Dalam brief yang panjang, seorang pengacara mungkin membangun argumen yang kompleks dan kemudian merujuk kembali ke dasar argumen tersebut. "Berdasarkan interpretasi Statuta X, vide supra bagian IV.A, maka dapat disimpulkan bahwa..."

Kejelasan dan konsistensi adalah kunci dalam penulisan hukum. Salah tafsir satu kata atau frasa dapat memiliki konsekuensi yang jauh. Oleh karena itu, "vide supra" berfungsi sebagai alat yang tak ternilai untuk memastikan bahwa tidak ada ambiguitas tentang di mana informasi tertentu dapat ditemukan dan bagaimana berbagai bagian dari argumen hukum saling berhubungan. Ini juga membantu para praktisi hukum untuk dengan cepat menavigasi dokumen yang tebal, menemukan informasi yang relevan tanpa harus membaca ulang seluruh dokumen.

"Vide Supra" dalam Dokumen Teknis dan Manual

Bukan hanya di ranah akademik dan hukum, "vide supra" juga sangat relevan dalam penulisan teknis. Manual pengguna, spesifikasi teknis, dokumen arsitektur perangkat lunak, dan panduan instalasi seringkali memiliki struktur hierarkis di mana konsep dasar dijelaskan di awal dan kemudian dirujuk kembali di bagian-bagian yang lebih maju.

Bayangkan sebuah manual untuk perangkat lunak baru. Bagian pertama mungkin menjelaskan antarmuka pengguna dasar, ikon-ikon, dan terminologi. Kemudian, dalam bagian yang membahas fitur-fitur lanjutan, penulis tidak perlu mengulang penjelasan tentang ikon atau istilah yang sama. Mereka cukup menggunakan rujukan seperti "Untuk penjelasan tentang Ikon 'Simpan', vide supra bagian 2.3."

Manfaat dalam Penulisan Teknis:

Dalam konteks pengembangan perangkat lunak, dokumen arsitektur dan spesifikasi seringkali merujuk ke bagian-bagian lain dari dokumen yang sama untuk penjelasan tentang komponen, antarmuka, atau persyaratan tertentu. Ini membantu tim pengembangan dan pemeliharaan untuk memahami bagaimana berbagai bagian sistem saling berhubungan tanpa harus mencari informasi di tempat lain.

"Vide Supra" sebagai Fondasi Konektivitas Kognitif

Di luar penggunaannya yang praktis dalam penulisan, prinsip yang mendasari "vide supra" menyentuh aspek fundamental cara manusia memproses informasi dan membangun pengetahuan. Otak kita secara alami mencari koneksi antar ide, menyusun informasi ke dalam jaringan yang koheren. Ketika kita belajar, kita tidak hanya mengumpulkan fakta-fakta terpisah; kita mengintegrasikannya, menghubungkannya dengan apa yang sudah kita ketahui.

Frasa "vide supra" adalah cerminan dari kebutuhan kognitif ini. Ini adalah pengakuan bahwa pemahaman mendalam seringkali memerlukan sintesis informasi dari berbagai titik dalam waktu dan ruang (dalam hal ini, di dalam dokumen). Ini mendorong pembaca untuk tidak hanya menyerap informasi secara linier, tetapi untuk melihat keterkaitannya, membangun struktur mental yang lebih kompleks dan nuansa.

Implikasi Kognitif:

Seorang penulis yang efektif menggunakan "vide supra" (atau analognya) bukan hanya untuk kerapian, tetapi untuk memfasilitasi proses belajar pembaca. Ini adalah undangan untuk berpikir secara lebih holistik, untuk melihat hutan sekaligus pohonnya, dan untuk membangun pemahaman yang berlapis-lapis dan kokoh.

Analogi "Vide Supra" di Era Digital: Hyperlink dan Struktur Pengetahuan

Di era digital, konsep "vide supra" telah mengalami transformasi revolusioner dalam bentuk hyperlink. Hyperlink adalah manifestasi modern dari prinsip yang sama: kemampuan untuk secara instan melompat dari satu bagian dokumen ke bagian lain, atau bahkan ke dokumen yang sama sekali berbeda, hanya dengan satu klik.

Website, ensiklopedia online seperti Wikipedia, dan dokumen PDF interaktif semuanya bergantung pada hyperlink untuk menciptakan jaringan informasi yang saling terhubung. Ketika Anda membaca sebuah artikel online dan melihat teks yang digarisbawahi atau berwarna berbeda, Anda secara instan tahu bahwa mengklik teks tersebut akan membawa Anda ke informasi terkait—sebuah "vide supra" yang jauh lebih canggih dan instan.

Perbandingan "Vide Supra" dan Hyperlink:

  1. Kecepatan Akses: Hyperlink menawarkan akses instan, sementara "vide supra" memerlukan pembaca untuk secara manual mencari halaman atau bagian yang dirujuk.
  2. Lingkup Referensi: "Vide supra" biasanya terbatas pada dokumen yang sama. Hyperlink dapat menunjuk ke bagian mana pun dari internet, melampaui batas dokumen tunggal.
  3. User Experience: Hyperlink dirancang untuk navigasi yang mulus dan intuitif, menjadi bagian integral dari pengalaman berselancar di web. "Vide supra" lebih merupakan instruksi tekstual.
  4. Ketersediaan Konteks: Hyperlink seringkali muncul dalam konteks yang sangat visual, dengan teks tautan yang memberikan petunjuk. "Vide supra" mengandalkan pemahaman frasa Latin dan konteks penulisan.

Meskipun ada perbedaan dalam implementasi, tujuan dasarnya tetap sama: untuk menyediakan akses cepat dan efisien ke informasi pendukung atau terkait yang telah disebutkan di tempat lain. Hyperlink telah memperluas cakupan "vide supra" menjadi skala global, memungkinkan konektivitas pengetahuan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dari sekadar merujuk beberapa halaman ke atas, kini kita bisa merujuk ke ribuan halaman atau situs di seluruh dunia.

Selain hyperlink, konsep "vide supra" juga tercermin dalam struktur basis data dan grafik pengetahuan (knowledge graphs). Dalam sistem ini, informasi tidak disimpan sebagai entitas terisolasi, melainkan sebagai node yang terhubung. Ketika sistem AI memproses informasi, ia secara internal melakukan operasi yang mirip dengan "vide supra" untuk menarik konteks dan hubungan antar data, membangun pemahaman yang lebih kaya.

Pentingnya Kejelasan dan Akurasi dalam Rujukan Internal

Efektivitas "vide supra" atau rujukan internal lainnya sangat bergantung pada kejelasan dan akurasinya. Rujukan yang ambigu, salah, atau tidak tepat dapat membingungkan pembaca dan merusak koherensi seluruh dokumen. Seorang penulis memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa rujukan tersebut mudah dipahami dan mengarah ke lokasi yang tepat.

Praktik Terbaik untuk Rujukan Internal:

Dalam dokumen digital, hal ini diterjemahkan menjadi memastikan bahwa hyperlink berfungsi dengan benar (tidak ada "broken links") dan teks tautan secara akurat mencerminkan tujuan tautan tersebut. Sistem penomoran otomatis dan fitur referensi silang dalam pengolah kata modern (seperti Microsoft Word atau LaTeX) sangat membantu dalam menjaga akurasi dan meminimalkan kesalahan manusia dalam rujukan internal.

"Kekuatan sebuah dokumen bukan hanya terletak pada kedalaman argumennya, tetapi juga pada kejelasan jalinan antar setiap bagiannya. 'Vide supra' adalah salah satu benang penting dalam jalinan tersebut."

"Vide Supra" sebagai Alat Penulis untuk Membangun Struktur Narasi

Lebih dari sekadar alat referensi, "vide supra" dapat menjadi elemen gaya yang halus namun kuat dalam membangun struktur narasi atau argumentasi. Penulis yang terampil menggunakannya untuk menciptakan ketegangan, membangun antisipasi, atau memperkuat poin dengan mengarahkan pembaca untuk melihat kembali fondasi yang telah mereka letakkan.

Dalam karya non-fiksi yang kompleks, penulis mungkin memperkenalkan sebuah ide atau pertanyaan di awal, memberikan penjelasan awal, dan kemudian, setelah mengembangkan argumen lebih lanjut, mereka merujuk kembali ke ide awal tersebut untuk menunjukkan bagaimana pemahaman yang sekarang telah diperkaya. Ini menciptakan pengalaman membaca yang lebih interaktif, di mana pembaca secara aktif terlibat dalam proses konstruksi pengetahuan.

Struktur Narasi yang Dibantu "Vide Supra":

Ini adalah tentang mengelola aliran informasi. Seorang penulis tidak ingin membanjiri pembaca dengan terlalu banyak detail sekaligus, tetapi juga tidak ingin meninggalkan mereka tanpa konteks yang cukup. "Vide supra" menawarkan solusi elegan dengan membagi informasi menjadi unit-unit yang dapat dicerna, sambil tetap memastikan bahwa semua unit itu terhubung secara logis.

Batasan dan Potensi Misuse "Vide Supra"

Meskipun "vide supra" adalah alat yang berharga, penggunaannya juga memiliki batasan dan potensi untuk disalahgunakan atau digunakan secara tidak efektif. Tidak setiap kali suatu topik disebutkan lagi, rujukan "vide supra" diperlukan. Penggunaan yang berlebihan dapat mengganggu alur baca dan membuat dokumen terasa terlalu kaku atau bertele-tele.

Potensi Batasan dan Masalah:

Penting bagi penulis untuk menimbang kapan rujukan internal benar-benar diperlukan dan kapan konteks yang cukup sudah diberikan melalui tulisan itu sendiri. Tujuannya adalah untuk membantu pembaca, bukan untuk membebani mereka dengan navigasi yang tidak perlu. Pertimbangan yang cermat terhadap audiens dan tujuan penulisan akan memandu keputusan ini.

Masa Depan Referensi Internal: AI dan Semantic Web

Seiring dengan perkembangan teknologi, cara kita merujuk dan menghubungkan informasi juga akan berevolusi. Kecerdasan Buatan (AI) dan konsep Semantic Web berpotensi mengubah lanskap rujukan internal secara drastis.

Semantic Web bertujuan untuk membuat data di internet dapat dibaca dan dipahami tidak hanya oleh manusia, tetapi juga oleh mesin. Ini berarti informasi akan memiliki makna kontekstual yang lebih kaya, memungkinkan AI untuk secara otomatis mengidentifikasi hubungan antar konsep dan fakta di seluruh dokumen dan bahkan di seluruh web. Dalam skenario ini, sistem dapat secara otomatis menyarankan atau bahkan menyisipkan rujukan internal yang relevan tanpa campur tangan manual yang ekstensif dari penulis.

Bagaimana AI Dapat Mempengaruhi Rujukan Internal:

Meskipun frasa "vide supra" mungkin semakin jarang terlihat dalam tulisan sehari-hari, prinsip yang diwakilinya—kebutuhan untuk menghubungkan dan merujuk informasi secara efektif—akan terus menjadi fundamental. AI dan Semantic Web akan membawa kita ke era di mana konektivitas pengetahuan menjadi lebih seamless, cerdas, dan personal.

Namun, penting untuk diingat bahwa teknologi hanyalah alat. Pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip komunikasi yang jelas dan koheren, seperti yang diwujudkan oleh "vide supra," akan tetap esensial bagi penulis dan pembaca di masa depan. AI akan meningkatkan kemampuan kita untuk menerapkan prinsip-prinsip ini, tetapi tidak akan menggantikan pentingnya pemikiran kritis dan desain informasi yang manusiawi.

Aspek etika juga akan menjadi semakin penting. Dengan kemampuan AI untuk secara otomatis membuat rujukan dan koneksi, siapa yang bertanggung jawab atas keakuratan dan imparsialitas rujukan tersebut? Bagaimana kita memastikan bahwa rujukan AI tidak bias atau menyesatkan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi pusat diskusi seputar masa depan konektivitas pengetahuan.

Demikian pula, pentingnya kurasi manusia atas konten yang dihasilkan AI akan menjadi kritikal. Meskipun AI dapat mengidentifikasi potensi rujukan, nuansa dan konteks yang dibutuhkan untuk memutuskan apakah rujukan tersebut benar-benar membantu atau tidak seringkali memerlukan penilaian manusia. AI dapat mengidentifikasi pola, tetapi kebijaksanaan dalam menerapkan rujukan adalah wilayah manusia.

Kita juga bisa membayangkan masa depan di mana "vide supra" bukan lagi sekadar teks statis yang merujuk ke halaman, melainkan sebuah instruksi yang memicu sistem untuk menampilkan ringkasan konteks yang relevan secara pop-up, atau bahkan audio narasi singkat yang menjelaskan bagian yang dirujuk. Ini akan mengubah cara kita berinteraksi dengan informasi dan mengurangi upaya yang diperlukan untuk "melihat ke atas."

Perkembangan dalam teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) juga bisa membawa dimensi baru. Bayangkan membaca sebuah dokumen dalam lingkungan VR, di mana rujukan "vide supra" dapat secara visual "membawa" Anda ke bagian yang dirujuk, atau menampilkannya sebagai overlay interaktif tanpa perlu meninggalkan konteks utama Anda. Ini akan mengubah pengalaman membaca dari linear menjadi spasial dan imersif, memperkaya konektivitas informasi ke tingkat yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Pada akhirnya, "vide supra" bukanlah sekadar frasa Latin kuno; ia adalah representasi dari sebuah kebutuhan manusia yang abadi: kebutuhan untuk menghubungkan, memahami, dan membangun pengetahuan secara koheren. Dari manuskrip kuno hingga Semantic Web, dari tulisan tangan hingga AI, prinsip dasar ini tetap menjadi jembatan penting dalam perjalanan intelektual kita.

Memahami dan menghargai peran "vide supra" membantu kita tidak hanya dalam navigasi dokumen yang kompleks, tetapi juga dalam mengapresiasi arsitektur pengetahuan itu sendiri. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya fondasi, kesinambungan, dan interkonektivitas dalam setiap upaya untuk menyampaikan atau memahami informasi secara mendalam. Dalam dunia yang semakin dibanjiri informasi, kemampuan untuk merujuk dan menghubungkan ide-ide secara efektif akan menjadi keterampilan yang semakin berharga.

Oleh karena itu, meskipun frasa "vide supra" mungkin perlahan-lahan tergantikan oleh hyperlink dan teknologi AI yang lebih canggih, esensi filosofis di baliknya akan terus hidup. Ini akan tetap menjadi pengingat bahwa tidak ada ide yang berdiri sendiri; setiap konsep adalah bagian dari jaringan yang lebih besar, dan untuk memahami sepenuhnya, kita sering harus melihat ke atas, ke belakang, atau ke samping untuk menemukan koneksi yang hilang. Ini adalah warisan "vide supra": pelajaran abadi tentang saling ketergantungan pengetahuan.

Dengan demikian, perjalanan kita melalui "vide supra" bukan hanya eksplorasi linguistik atau teknis, melainkan juga sebuah perenungan tentang bagaimana kita membangun dan berbagi pemahaman dalam masyarakat. Ini adalah pengakuan akan upaya kolektif yang telah membentuk cara kita mengorganisir ide-ide, dan sebuah panduan untuk bagaimana kita dapat terus melakukannya di masa depan.

Ketika kita menulis, kita tidak hanya menumpuk kata-kata; kita membangun arsitektur pemikiran. Setiap kali kita menggunakan rujukan internal, kita meletakkan batu bata yang menghubungkan berbagai ruangan dalam bangunan tersebut, memastikan bahwa setiap bagian dapat diakses dan bahwa seluruh struktur berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh dan kuat. Itulah kekuatan abadi dari prinsip yang diwakili oleh "vide supra.

Kesimpulan: Warisan Abadi Konektivitas

"Vide supra" mungkin terdengar seperti relik dari masa lalu, sebuah frasa Latin yang tersembunyi di sudut-sudut teks-teks formal. Namun, seperti yang telah kita jelajahi, prinsip yang diwakilinya—kebutuhan untuk merujuk kembali, menghubungkan ide, dan membangun koherensi dalam sebuah dokumen—adalah fondasi abadi dari komunikasi yang efektif dan pembentukan pengetahuan. Dari manuskrip kuno hingga struktur data Semantic Web, esensi "vide supra" terus membentuk cara kita mengorganisir, memahami, dan menavigasi informasi.

Baik dalam kekakuan hukum, presisi ilmiah, kejelasan teknis, maupun arsitektur kognitif kita, kemampuan untuk menunjuk pembaca kembali ke konteks yang telah dijelaskan adalah kunci untuk pemahaman yang mendalam dan utuh. Di era digital, hyperlink telah menjadi pewaris takhta "vide supra," menghadirkan konektivitas instan yang mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia informasi. Namun, terlepas dari format atau teknologinya, tujuan dasarnya tetap tak tergoyahkan: untuk memastikan bahwa tidak ada ide yang berdiri sendiri, bahwa setiap bagian dari narasi atau argumen terintegrasi secara mulus, dan bahwa pembaca memiliki semua alat yang mereka butuhkan untuk membangun pemahaman yang komprehensif.

Sebagai penulis, memahami pentingnya "vide supra" berarti menghargai peran kita sebagai arsitek pengetahuan, yang bertanggung jawab untuk tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga untuk memandu pembaca melalui labirin ide-ide. Sebagai pembaca, menghargainya berarti mengembangkan keterampilan untuk menavigasi, menghubungkan, dan mensintesis, mengubah konsumsi informasi pasif menjadi pencarian pemahaman yang aktif. Pada akhirnya, "vide supra" adalah lebih dari sekadar frasa; ia adalah simbol dari perjalanan manusia yang tak pernah berakhir dalam membangun dan menghubungkan pengetahuan, satu referensi pada satu waktu.