Zaman Tersier: Evolusi Kehidupan dan Pembentukan Dunia Modern
Zaman Tersier, sebuah periode geologis yang seringkali luput dari perhatian dibandingkan dengan era dinosaurus atau zaman es, sejatinya merupakan salah satu rentang waktu paling dinamis dan krusial dalam sejarah Bumi. Meskipun terminologi "Tersier" secara formal telah digantikan oleh periode Paleogen dan Neogen dalam skala waktu geologis modern, nama ini masih secara luas digunakan dan dipahami untuk merujuk pada era yang membentang dari akhir Zaman Kapur (Kretaseus) hingga awal periode Kuarter, yakni sekitar 66 hingga 2.58 juta tahun yang lalu. Periode ini menjadi saksi bisu bagi transformasi besar-besaran di planet kita, mulai dari evolusi eksplosif mamalia dan burung hingga perubahan iklim yang dramatis dan pembentukan sebagian besar bentang alam modern.
Zaman Tersier adalah era ketika mamalia, yang sebelumnya hidup di bawah bayang-bayang dinosaurus, akhirnya mengambil alih panggung evolusi. Kepunahan massal pada batas Kapur-Paleogen (K-Pg) membuka ceruk ekologi yang tak terhitung jumlahnya, memicu "radiasi adaptif" yang luar biasa bagi kelompok mamalia. Dari hewan-hewan kecil yang menyerupai pengerat, mamalia berkembang menjadi berbagai bentuk, ukuran, dan gaya hidup, mengisi hampir setiap habitat yang tersedia—dari daratan, udara, hingga lautan. Bukan hanya mamalia, tetapi juga burung, tumbuhan berbunga, dan bahkan sebagian besar bentuk kehidupan laut mengalami diversifikasi signifikan selama rentang waktu ini.
Lebih dari sekadar evolusi kehidupan, Zaman Tersier juga merupakan periode aktivitas geologis yang intens. Pergerakan lempeng tektonik terus membentuk benua, mengangkat pegunungan-pegunungan raksasa seperti Himalaya dan Alpen, serta menciptakan pola arus laut dan iklim global yang baru. Iklim Bumi mengalami fluktuasi ekstrem, dari periode pemanasan global yang memecahkan rekor hingga pendinginan bertahap yang pada akhirnya mengarah pada siklus zaman es di periode berikutnya. Memahami Zaman Tersier adalah kunci untuk memahami mengapa dunia kita terlihat seperti sekarang, baik dari segi geografi maupun keanekaragaman hayati.
Garis waktu geologi Zaman Tersier, menunjukkan pembagiannya menjadi periode Paleogen dan Neogen serta epok-epok yang membentuknya.
I. Latar Belakang Geologis dan Iklim
A. Pergerakan Lempeng Tektonik dan Pembentukan Benua
Pada awal Zaman Tersier, peta dunia masih jauh berbeda dari yang kita kenal sekarang. Benua-benua, yang telah mulai terpisah dari superbenua Pangaea di Zaman Mesozoikum, terus bergerak dan menata ulang posisinya. Proses ini tidak hanya membentuk garis pantai baru tetapi juga memicu peristiwa geologis dahsyat yang mengubah topografi global.
Perpisahan Akhir Gondwana: Benua-benua selatan—Amerika Selatan, Afrika, Antartika, Australia, dan India—telah terpisah satu sama lain, atau dalam proses pemisahan yang signifikan. India, khususnya, melaju cepat ke utara, sebuah perjalanan yang akan berujung pada tumbukan kolosal dengan lempeng Eurasia.
Penutupan Laut Tethys: Salah satu ciri paling menonjol dari tektonika Tersier adalah penutupan bertahap Samudra Tethys. Ini terjadi karena lempeng Afrika dan India bergerak ke utara, bertabrakan dengan lempeng Eurasia. Kolisi ini adalah pemicu utama bagi pembentukan sistem pegunungan alpida yang ikonik, termasuk Pegunungan Alpen di Eropa, Atlas di Afrika Utara, dan yang paling spektakuler, Pegunungan Himalaya di Asia.
Pembentukan Pegunungan:
Alpen: Terbentuk dari tumbukan lempeng Afrika dan Eropa, sebuah proses yang berlangsung selama jutaan tahun dan terus mengangkat pegunungan ini hingga sekarang.
Himalaya: Hasil tumbukan raksasa antara lempeng India dan Eurasia. Proses ini, yang dimulai pada Eosen dan berlanjut hingga kini, menciptakan puncak tertinggi di dunia dan memiliki dampak signifikan pada pola cuaca global, termasuk pembentukan monsun Asia.
Andes: Di Amerika Selatan, subduksi lempeng Nazca di bawah lempeng Amerika Selatan terus mengangkat Pegunungan Andes, menciptakan penghalang geografis yang panjang dan tinggi di sepanjang pantai barat benua.
Pembukaan Samudra Atlantik: Samudra Atlantik terus melebar, memisahkan Amerika Utara dan Amerika Selatan dari Eropa dan Afrika. Pelebaran ini memengaruhi arus laut global, yang pada gilirannya berdampak besar pada distribusi panas dan iklim.
Pergerakan Amerika Utara: Amerika Utara bergerak ke arah barat laut, membuka Lautan Atlantik Utara lebih jauh dan menekan Lempeng Pasifik di barat, yang menyebabkan aktivitas vulkanik dan pembentukan pegunungan di sepanjang pantai barat Amerika Utara.
Aktivitas tektonik ini tidak hanya mengubah topografi tetapi juga menciptakan kondisi baru untuk diversifikasi kehidupan. Pembentukan pegunungan menciptakan habitat baru dengan zona iklim yang berbeda, sementara perubahan pada konfigurasi benua dan laut memengaruhi pola migrasi dan isolasi populasi, mendorong spesiasi.
B. Fluktuasi Iklim Global
Iklim global selama Zaman Tersier adalah kisah tentang ekstrem dan transisi, dimulai dengan kondisi yang jauh lebih hangat daripada sekarang dan berakhir dengan pendinginan yang signifikan. Fluktuasi ini memiliki konsekuensi mendalam bagi kehidupan di Bumi.
Pemanasan Maksimum Paleosen-Eosen (PETM): Salah satu peristiwa iklim paling dramatis dalam catatan geologi terjadi pada awal Zaman Tersier, sekitar 56 juta tahun yang lalu. PETM adalah periode pemanasan global yang cepat dan intens, di mana suhu rata-rata global naik sekitar 5-8°C hanya dalam beberapa ribu tahun. Peristiwa ini diperkirakan disebabkan oleh pelepasan besar-besaran karbon ke atmosfer dan lautan, kemungkinan dari metana yang terperangkap di dasar laut. PETM menyebabkan pengasaman laut, kepunahan beberapa spesies laut dalam, dan memicu perluasan hutan subtropis hingga ke wilayah kutub, serta memainkan peran dalam radiasi awal mamalia.
Periode Iklim Optimum Eosen (EECO): Setelah PETM, Bumi memasuki periode hangat yang berkelanjutan yang dikenal sebagai EECO, di mana suhu global tetap tinggi dan tidak ada lapisan es permanen di kutub. Hutan tropis dan subtropis menyebar luas, bahkan di lintang tinggi seperti Kanada utara dan Antartika.
Pendinginan Bertahap: Setelah EECO, tren iklim global mulai bergeser ke arah pendinginan. Ini bukan proses yang mulus, melainkan serangkaian penurunan suhu yang bertahap, diselingi oleh periode yang lebih hangat.
Pembentukan Lapisan Es Antartika: Sekitar 34 juta tahun yang lalu, pada transisi Eosen-Oligosen (dikenal sebagai "Grand Coupure"), terjadi penurunan suhu yang signifikan dan pembentukan lapisan es permanen pertama di Antartika. Ini adalah titik balik penting yang mengubah pola sirkulasi laut global, terutama dengan pembukaan sepenuhnya Saluran Drake antara Amerika Selatan dan Antartika, yang mengisolasi Antartika secara termal.
Pendinginan Neogen dan Siklus Glasial: Pendinginan terus berlanjut sepanjang Neogen (Miosen dan Pliosen). Pada Miosen akhir dan Pliosen, siklus pendinginan dan pemanasan mulai menjadi lebih sering, memicu pertumbuhan dan pencairan gletser yang lebih sering di belahan bumi utara. Pembentukan jembatan darat seperti Panama juga mengubah sirkulasi laut Atlantik dan Pasifik, memperkuat tren pendinginan.
Peran CO2: Perubahan konsentrasi karbon dioksida atmosfer diperkirakan menjadi pendorong utama fluktuasi iklim ini. Aktivitas vulkanik, pelapukan batuan silikat, dan siklus karbon organik memainkan peran dalam mengatur kadar CO2.
Fluktuasi iklim ini memiliki dampak besar pada evolusi kehidupan. Periode hangat memicu ledakan keanekaragaman, sementara pendinginan menyebabkan kepunahan di beberapa daerah dan mendorong adaptasi baru, seperti pertumbuhan padang rumput dan perkembangan mamalia herbivora besar yang cocok untuk lingkungan terbuka.
II. Periode Paleogen (66 – 23 Juta Tahun Lalu)
Periode Paleogen menandai dimulainya Zaman Tersier, sebuah era di mana kehidupan di Bumi bangkit kembali dari abu kepunahan massal K-Pg. Periode ini dibagi menjadi tiga epok: Paleosen, Eosen, dan Oligosen, masing-masing dengan ciri khas geologis, iklim, dan biologisnya sendiri.
Diagram skematis radiasi adaptif mamalia pasca kepunahan K-Pg, menunjukkan diversifikasi menjadi berbagai kelompok fungsional.
A. Epok Paleosen (66 – 56 Juta Tahun Lalu)
1. Gambaran Geologis dan Iklim
Epok Paleosen adalah periode pemulihan global setelah peristiwa kepunahan massal K-Pg. Geologi pada Paleosen ditandai oleh pergerakan benua yang masih aktif, dengan pemisahan Amerika Selatan dari Antartika yang terus berlanjut, dan India yang melaju menuju Asia. Iklim pada awal Paleosen relatif dingin setelah dampak kepunahan K-Pg, namun secara bertahap menghangat, memuncak pada PETM di akhir epok. Sebagian besar Bumi tertutup hutan lebat, bahkan di daerah lintang tinggi, karena tidak adanya es kutub.
2. Fauna Mamalia: Radiasi Awal
Mamalia adalah kelompok yang paling diuntungkan dari kepunahan dinosaurus non-unggas. Selama Paleosen, mereka mulai mengisi ceruk ekologi yang kosong. Namun, mamalia Paleosen masih relatif kecil dan kurang spesialisasi dibandingkan keturunan mereka di epok-epok selanjutnya.
Multituberculata: Kelompok mamalia purba yang mirip pengerat, tetap menjadi salah satu kelompok mamalia yang paling umum pada awal Paleosen, meskipun akhirnya akan digantikan oleh mamalia plasenta sejati.
Cimolesta: Termasuk dalam kelompok mamalia basal yang luas, dengan beberapa anggota menunjukkan adaptasi terhadap gaya hidup arboreal.
Condylarthra: Ini adalah kelompok kunci mamalia Paleosen, dianggap sebagai nenek moyang banyak kelompok mamalia berkuku (ungulata) modern. Mereka adalah herbivora berukuran kecil hingga sedang, dengan gigi yang belum terlalu terspesialisasi. Contohnya termasuk Phenacodus. Dari kelompok ini akan berevolusi ungulata modern seperti artiodactyl (mamalia berkuku genap) dan perissodactyl (mamalia berkuku ganjil).
Creodonta: Ini adalah kelompok mamalia karnivora awal yang mendominasi ceruk predator pada Paleosen dan Eosen. Mereka memiliki struktur gigi yang berbeda dari karnivora modern (Carnivora) dan bersaing ketat dengan mereka. Contohnya adalah Oxyaena.
Primata Awal (Plesiadapiformes): Meskipun bukan primata sejati dalam pengertian modern, Plesiadapiformes dianggap sebagai kerabat terdekat atau nenek moyang primata. Mereka adalah makhluk kecil yang hidup di pohon, dengan adaptasi untuk memakan buah dan serangga. Fosil seperti Purgatorius memberikan wawasan tentang bentuk awal kelompok yang kelak akan melahirkan kera, monyet, dan manusia.
Pengerat Awal: Kelompok pengerat (Rodentia) mulai muncul di akhir Paleosen, bersaing dengan Multituberculata dan pada akhirnya menggantikan mereka sebagai mamalia kecil yang paling sukses.
Mamalia Paleosen umumnya memiliki otak yang relatif kecil dibandingkan dengan ukuran tubuh mereka, dan kaki yang fleksibel yang menunjukkan kurangnya spesialisasi untuk berlari cepat. Ini mencerminkan lingkungan hutan lebat di mana mereka hidup, di mana kelincahan dan kemampuan memanjat lebih penting daripada kecepatan.
3. Kehidupan Lainnya
Burung: Burung juga mengalami radiasi adaptif yang signifikan. Dinosaurus burung raksasa seperti Gastornis (sering disebut sebagai "burung teror" meskipun mungkin herbivora atau omnivora) mendominasi ceruk predator puncak di beberapa ekosistem, mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh dinosaurus besar. Burung-burung air dan burung arboreal juga mulai diversifikasi.
Reptil dan Amfibi: Buaya, kura-kura, ular, dan kadal tetap menjadi bagian penting dari ekosistem, terutama di daerah yang lebih hangat. Ular besar seperti Titanoboa, yang hidup di Paleosen akhir, menunjukkan bahwa beberapa reptil bisa mencapai ukuran raksasa di iklim yang hangat.
Flora: Hutan tropis dan subtropis mendominasi bentang alam. Tumbuhan berbunga (angiospermae) terus mendiversifikasi, membentuk komunitas hutan yang kaya dan kompleks. Tumbuhan ini menyediakan makanan dan habitat bagi mamalia dan burung yang baru berevolusi.
B. Epok Eosen (56 – 33.9 Juta Tahun Lalu)
1. Gambaran Geologis dan Iklim
Eosen sering disebut sebagai "Zaman Mamalia" sejati, ditandai oleh kondisi iklim global yang sangat hangat, terutama di awal epok (EECO). Suhu tinggi ini menyebabkan hutan menutupi sebagian besar benua, dengan flora tropis dan subtropis meluas hingga ke daerah lintang tinggi. Aktivitas tektonik berlanjut, dengan India terus menabrak Eurasia, yang semakin mempercepat pengangkatan Himalaya. Penutupan Laut Tethys juga berlanjut, membentuk pegunungan-pegunungan di Eropa Selatan.
2. Fauna Mamalia: Puncak Diversifikasi Awal
Eosen adalah periode ledakan evolusi bagi mamalia. Banyak ordo mamalia modern muncul atau mengalami diversifikasi besar-besaran selama epok ini.
Perissodactyla (Ungulata Berkuku Ganjil): Kuda awal seperti Hyracotherium (juga dikenal sebagai Eohippus), yang seukuran anjing dan memiliki banyak jari kaki, muncul di Eosen awal. Nenek moyang badak dan tapir juga sudah ada.
Artiodactyla (Ungulata Berkuku Genap): Kelompok ini, yang akan melahirkan babi, rusa, sapi, dan unta, mulai diversifikasi di Eosen. Mereka menunjukkan adaptasi awal untuk kehidupan herbivora.
Primata Sejati: Primata modern (termasuk adapiform dan omomyid) muncul dan mengalami radiasi adaptif. Adaptasi untuk kehidupan arboreal, mata yang menghadap ke depan, dan otak yang lebih besar menjadi ciri khas mereka. Fosil penting seperti Darwinius masillae (Ida) memberikan gambaran detail tentang primata Eosen.
Pengerat (Rodentia): Pengerat semakin mendiversifikasi, mengambil alih ceruk ekologi yang sebelumnya dipegang oleh Multituberculata. Mereka menjadi kelompok mamalia paling sukses dalam hal jumlah spesies.
Karnivora (Carnivora): Karnivora modern mulai menggantikan Creodonta. Miacidae, nenek moyang karnivora modern seperti kucing, anjing, beruang, dan musang, mulai berkembang.
Chiroptera (Kelelawar): Kelelawar sepenuhnya berevolusi dan mendominasi ceruk udara, dengan ekolokasi yang sudah berkembang. Fosil seperti Icaronycteris menunjukkan kelelawar Eosen yang sudah sangat mirip dengan kelelawar modern.
Cetacea (Paus dan Lumba-lumba): Salah satu kisah evolusi paling menakjubkan dari Eosen adalah transisi mamalia darat kembali ke lautan. Paus awal seperti Pakicetus (hidup di air tawar atau payau) dan Basilosaurus (paus yang sepenuhnya akuatik, panjang dan berbentuk ular) menunjukkan tahap-tahap evolusi ini. Kaki belakang mereka perlahan mengecil dan sirip berevolusi.
Sirenia (Duyung dan Manatee): Nenek moyang duyung dan manatee modern juga muncul di Eosen, beradaptasi untuk mencari makan di dasar laut.
Proboscidea (Gajah dan Kerabatnya): Gajah awal seperti Moeritherium, hewan yang semi-akuatik dan berukuran sedang, muncul di Eosen akhir di Afrika.
3. Kehidupan Lainnya
Burung: Berbagai jenis burung terus berkembang, termasuk burung pemangsa, burung air, dan burung yang hidup di hutan.
Reptil: Buaya raksasa, kura-kura, dan ular terus berkembang biak di iklim hangat.
Flora: Hutan tropis dan subtropis, yang didominasi oleh angiospermae, sangat luas. Palm, pakis, dan berbagai jenis pohon berkayu keras tersebar di seluruh benua.
C. Epok Oligosen (33.9 – 23 Juta Tahun Lalu)
1. Gambaran Geologis dan Iklim
Oligosen adalah epok transisi yang signifikan, ditandai oleh pendinginan global yang tajam pada batas Eosen-Oligosen (Grand Coupure) dan pembentukan lapisan es permanen di Antartika. Perubahan iklim ini menyebabkan penurunan permukaan laut global dan hilangnya habitat hutan yang luas di lintang tinggi. Benua terus bergerak, dengan Amerika Selatan yang semakin terisolasi, sementara India terus mendorong Himalaya lebih tinggi. Pembukaan Saluran Drake memisahkan Amerika Selatan dari Antartika, menciptakan arus sirkumpolar Antartika yang mengisolasi benua tersebut secara termal dan mempercepat pembentukan es.
2. Fauna Mamalia: Adaptasi Terhadap Pendinginan dan Padang Rumput
Pendinginan iklim dan penyebaran habitat terbuka mendorong evolusi mamalia ke arah bentuk-bentuk yang lebih besar dan lebih terspesialisasi.
Artiodactyla dan Perissodactyla: Kelompok-kelompok ini terus mendiversifikasi dan menjadi lebih dominan. Beberapa herbivora terbesar yang pernah ada, seperti Paraceratherium (sebelumnya dikenal sebagai Indricotherium atau Baluchitherium), badak tanpa tanduk raksasa yang merupakan mamalia darat terbesar sepanjang masa, hidup di Oligosen. Ini menunjukkan adaptasi terhadap sumber daya tumbuhan yang melimpah dan lingkungan hutan/savana.
Carnivora: Kelompok karnivora modern terus berkembang. Nenek moyang anjing dan kucing semakin spesialisasi, dan Creodonta mulai menurun dominasinya.
Primata: Primata terus berevolusi, dengan munculnya nenek moyang kera Dunia Lama dan Dunia Baru. Isolasi Amerika Selatan berarti primata di sana (Platyrrhini) berevolusi secara terpisah dari primata di Afrika dan Asia (Catarrhini).
Pengerat dan Lagomorpha: Pengerat tetap sangat sukses, dan Lagomorpha (kelinci dan pengerat mirip kelinci) juga mengalami radiasi.
Mamalia Laut: Paus bergigi (Odontoceti) dan paus balin (Mysticeti) mulai berdiversifikasi di Oligosen, menunjukkan adaptasi terhadap lingkungan laut yang kaya akan makanan setelah pendinginan global.
Marsupialia: Di benua-benua selatan seperti Australia, marsupialia terus berevolusi dan mendominasi ceruk mamalia.
Ukuran tubuh mamalia secara umum cenderung meningkat selama Oligosen, sebuah tren yang sering dikaitkan dengan penurunan suhu dan kebutuhan untuk mempertahankan panas tubuh, serta adaptasi terhadap lingkungan padang rumput yang mulai muncul.
3. Kehidupan Lainnya
Burung: Burung juga terus beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Burung laut besar seperti Pelagornis sandersi dengan lebar sayap hingga 6 meter muncul.
Flora: Hutan tropis mulai menyusut di lintang tinggi, digantikan oleh hutan gugur dan padang rumput atau sabana. Ini adalah awal dari dominasi padang rumput yang akan mencapai puncaknya di Neogen.
III. Periode Neogen (23 – 2.58 Juta Tahun Lalu)
Periode Neogen adalah paruh kedua Zaman Tersier, yang mencakup Epok Miosen dan Pliosen. Ini adalah periode yang menyaksikan pembentukan ekosistem modern, munculnya manusia purba, dan kelanjutan tren pendinginan global yang pada akhirnya akan mengarah pada Zaman Es Kuarter.
Representasi ekosistem padang rumput yang dominan di Zaman Neogen, mendukung beragam herbivora.
A. Epok Miosen (23 – 5.3 Juta Tahun Lalu)
1. Gambaran Geologis dan Iklim
Miosen adalah epok yang panjang dan stabil dalam hal iklim, meskipun secara keseluruhan tren pendinginan global berlanjut. Ini adalah periode ketika padang rumput (savana) menyebar luas di seluruh dunia, terutama di Amerika Utara, Asia, dan Afrika. Ekosistem hutan secara bertahap tergantikan oleh ekosistem terbuka ini, sebuah perubahan yang memiliki dampak besar pada evolusi herbivora dan karnivora. Pergerakan lempeng tektonik terus membentuk benua. India terus menabrak Asia, mendorong Himalaya semakin tinggi. Di Amerika Utara, Pegunungan Rocky terus terangkat. Salah satu peristiwa geologis paling signifikan di Miosen adalah pembentukan Jembatan Darat Bering antara Asia dan Amerika Utara, memungkinkan pertukaran fauna yang masif.
Di akhir Miosen, terjadi peristiwa yang dikenal sebagai Krisis Salinitas Messinian, di mana Laut Mediterania berkali-kali mengering dan terisi kembali akibat terputusnya hubungannya dengan Samudra Atlantik. Peristiwa ini memiliki dampak drastis pada ekosistem Mediterania.
2. Fauna Mamalia: Modernisasi Ekosistem
Miosen adalah puncak evolusi mamalia, di mana banyak garis keturunan modern menjadi dominan dan berukuran besar.
Ungulata: Adaptasi terhadap padang rumput mendorong evolusi gigi geraham yang lebih tinggi (hypsodonty) pada herbivora, untuk mengunyah rumput yang abrasif. Kuda (misalnya Hipparion) mulai berevolusi menjadi bentuk berkaki satu yang lebih cepat. Ruminansia (seperti nenek moyang rusa, sapi, dan antelop) menjadi sangat sukses. Unta dan badak juga mengalami diversifikasi.
Proboscidea: Gajah dan kerabatnya mencapai keanekaragaman dan ukuran yang luar biasa di Miosen, dengan berbagai bentuk yang hidup di benua yang berbeda (misalnya, mamut dan mastodon awal). Mereka tersebar luas di seluruh Afrika, Eurasia, dan bahkan Amerika Utara melalui jembatan darat.
Karnivora: Karnivora modern seperti keluarga kucing (Felidae) dan anjing (Canidae) terus berkembang dan bersaing secara efektif dengan Creodonta, yang akhirnya punah di Miosen. Kucing bergigi pedang (machairodont) seperti Smilodon awal mulai muncul. Beruang dan musang juga semakin diversifikasi.
Primata dan Hominoid: Miosen adalah periode penting bagi evolusi primata. Banyak spesies kera purba (hominoid) hidup di Afrika dan Eurasia, menunjukkan transisi dari nenek moyang monyet ke kera. Fosil seperti Proconsul dan Dryopithecus memberikan petunjuk penting tentang evolusi kera besar. Di akhir Miosen, garis keturunan yang akan mengarah pada manusia purba diperkirakan telah berpisah dari garis keturunan simpanse di Afrika.
Mamalia Laut: Paus bergigi dan paus balin mencapai keanekaragaman modern mereka. Ikan hiu raksasa seperti Megalodon (Otodus megalodon) mendominasi lautan sebagai predator puncak, memangsa paus dan mamalia laut lainnya. Anjing laut (Pinnipedia) juga mengalami diversifikasi.
Pengerat dan Kelinci: Tetap menjadi kelompok yang sangat sukses dan penting dalam rantai makanan.
3. Kehidupan Lainnya
Burung: Burung-burung padang rumput dan burung pemangsa mengalami peningkatan spesies. Burung air juga terus berkembang.
Flora: Penyebaran padang rumput adalah ciri khas Miosen. Rumput, bersama dengan tumbuhan herba, mendominasi lanskap terbuka. Hutan gugur masih ada di daerah beriklim sedang, dan hutan konifer di daerah lintang lebih tinggi.
B. Epok Pliosen (5.3 – 2.58 Juta Tahun Lalu)
1. Gambaran Geologis dan Iklim
Pliosen adalah epok terakhir dari Zaman Tersier, yang merupakan jembatan menuju Zaman Es Kuarter. Iklim global terus mendingin, meskipun masih lebih hangat dari sekarang, dan siklus glasial-interglasial mulai intensif di belahan bumi utara. Pembentukan Jembatan Darat Panama adalah peristiwa geologis yang sangat signifikan pada Pliosen, menghubungkan Amerika Utara dan Amerika Selatan. Ini memicu "Pertukaran Biota Amerika Besar" (Great American Biotic Interchange), di mana banyak spesies mamalia berpindah antara kedua benua, menyebabkan kepunahan lokal dan diversifikasi baru. Pegunungan Sierra Nevada dan Cascade di Amerika Utara terus terangkat.
2. Fauna Mamalia: Munculnya Hominin
Pliosen dikenal sebagai epok di mana hominin awal (nenek moyang manusia) mulai muncul dan berkembang.
Hominin Awal: Ini adalah periode kemunculan genus Australopithecus di Afrika Timur dan Selatan, seperti Australopithecus afarensis (yang terkenal dengan fosil "Lucy") dan Australopithecus africanus. Mereka adalah hominin bipedal (berjalan tegak) yang hidup di lingkungan savana. Beberapa kandidat hominin yang lebih tua seperti Ardipithecus juga hidup pada awal Pliosen.
Ungulata: Kuda, badak, unta, dan rusa modern terus berkembang. Mamalia herbivora besar yang cocok untuk padang rumput, seperti gajah, juga terus berevolusi.
Karnivora: Karnivora modern seperti hyena, serigala, singa, dan macan tutul sudah ada. Kucing bergigi pedang seperti Homotherium dan Dinofelis menjadi predator puncak yang tangguh.
Mamalia Laut: Paus, lumba-lumba, anjing laut, dan singa laut sudah sangat mirip dengan bentuk modernnya. Ikan hiu Megalodon masih berkuasa di lautan, tetapi mulai menghadapi tantangan dari paus pembunuh (Orca) purba yang berburu secara berkelompok.
Migrasi Fauna: Pertukaran Biota Amerika Besar menyebabkan hewan-hewan seperti kuda, mastodon, dan beruang berpindah dari Amerika Utara ke Amerika Selatan, sementara sloth raksasa, armadillo, dan opossum berpindah ke arah sebaliknya.
Pliosen adalah periode krusial bagi evolusi manusia, karena lingkungan savana yang meluas di Afrika diyakini telah mendorong perkembangan bipedalisme dan adaptasi lainnya yang khas bagi hominin.
3. Kehidupan Lainnya
Burung: Burung juga terus beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Burung pemangsa dan burung pengumpul bangkai seperti bangkai, kestrel, dan burung hantu menjadi lebih umum.
Flora: Padang rumput tetap menjadi ekosistem dominan. Hutan-hutan beriklim sedang dan boreal terus menyebar di lintang tinggi, menandakan pendinginan yang berkelanjutan.
IV. Dampak dan Signifikansi Zaman Tersier
Zaman Tersier, dengan segala dinamika geologis dan evolusionernya, telah membentuk dunia kita dalam berbagai cara yang mendalam dan abadi. Dampaknya dapat dilihat pada bentang alam, keanekaragaman hayati, dan bahkan pada garis keturunan kita sendiri sebagai manusia.
A. Pembentukan Bentang Alam Modern
Pegunungan Raksasa: Tumbukan lempeng yang tak henti-hentinya mengangkat sistem pegunungan alpida—Himalaya, Alpen, Andes, dan Rocky—yang kini menjadi fitur geografis paling ikonik di Bumi. Pegunungan-pegunungan ini tidak hanya membentuk topografi tetapi juga memengaruhi pola cuaca, menciptakan zona iklim baru, dan menjadi penghalang biologis yang mendorong spesiasi.
Arus Laut dan Pola Cuaca: Pergerakan benua dan pembukaan/penutupan saluran laut secara drastis mengubah sirkulasi arus laut global. Pembukaan Saluran Drake dan penutupan Isthmus Panama memiliki efek pendinginan global yang signifikan, yang pada akhirnya menyiapkan panggung untuk siklus zaman es di periode Kuarter.
Deposisi Sumber Daya: Proses geologis selama Tersier juga bertanggung jawab atas pembentukan banyak deposit sumber daya alam yang penting bagi manusia, termasuk batu bara (dari hutan purba), minyak bumi dan gas alam (dari cekungan sedimen laut), serta deposit mineral lainnya yang terkait dengan aktivitas vulkanik dan tektonik.
B. Radiasi Kehidupan Modern
Dominasi Mamalia: Zaman Tersier adalah era ketika mamalia merebut posisi dominan dalam ekosistem darat, laut, dan udara. Hampir semua ordo mamalia modern, mulai dari primata, ungulata, karnivora, pengerat, kelelawar, hingga paus, mengalami diversifikasi besar-besaran atau muncul selama periode ini.
Evolusi Burung dan Tumbuhan Berbunga: Burung juga mengalami radiasi signifikan, mengisi berbagai ceruk ekologi. Tumbuhan berbunga (angiospermae) terus mendiversifikasi dan membentuk dasar ekosistem modern, mendukung keanekaragaman herbivora.
Ekosistem Savana dan Adaptasi Baru: Penyebaran padang rumput di Neogen merevolusi ekosistem darat. Ini mendorong evolusi gigi geraham yang lebih kuat pada herbivora, serta memicu adaptasi kecepatan dan kamuflase pada predator dan mangsanya.
C. Panggung Awal Evolusi Manusia
Tanpa Zaman Tersier, tidak akan ada cerita manusia. Evolusi primata, khususnya hominoid, yang berujung pada munculnya hominin awal di Afrika selama Miosen akhir dan Pliosen, adalah inti dari kisah asal-usul kita. Perubahan iklim dan pembentukan ekosistem savana yang luas diyakini telah menjadi tekanan seleksi kunci yang mendorong evolusi bipedalisme dan adaptasi unik lainnya pada nenek moyang kita.
D. Pembelajaran dari Iklim Purba
Studi tentang iklim Tersier, terutama peristiwa seperti Pemanasan Maksimum Paleosen-Eosen (PETM), memberikan wawasan berharga tentang bagaimana Bumi merespons pelepasan karbon dioksida dalam jumlah besar. Ini menawarkan analogi alami untuk memahami potensi dampak perubahan iklim modern yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
V. Kesimpulan
Zaman Tersier, yang kini secara formal dibagi menjadi Paleogen dan Neogen, adalah sebuah babak epik dalam sejarah Bumi yang mengubah planet ini secara fundamental. Dari hutan tropis yang luas di Paleosen dan Eosen, hingga munculnya padang rumput di Miosen dan pendinginan global yang mengarah ke Zaman Es di Pliosen, setiap epok menawarkan serangkaian transformasi yang kompleks dan saling terkait.
Ini adalah era ketika mamalia bangkit dari bayang-bayang dinosaurus untuk mendominasi setiap relung ekologi, ketika benua-benua bertabrakan untuk membentuk pegunungan tertinggi, dan ketika iklim global berfluktuasi secara dramatis, mendorong evolusi ke arah yang tak terduga. Yang terpenting, Zaman Tersier adalah tempat di mana benih-benih keanekaragaman hayati modern ditanam, dan di mana nenek moyang manusia pertama kali mulai mengarungi padang savana Afrika, menandai awal dari perjalanan evolusi kita.
Memahami Zaman Tersier bukan hanya sekadar melihat ke masa lalu yang jauh; ini adalah kunci untuk memahami mengapa dunia kita begitu beragam, mengapa lanskap kita terlihat seperti sekarang, dan bagaimana proses geologis dan biologis yang kuat terus membentuk planet tempat kita hidup.